Mon. Jun 23rd, 2025

Bank Dunia merilis jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri ada 9 juta orang (2017). Padahal yang terdaftar di Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sebanyak 4,7 juta orang. Sisanya 4,3 juta orang ilegal.

BNP2TKI melaporkan tiap hari rata – rata jenazah masuk tanah air ada 2 orang. Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Selama 3 tahun terakhir 94.000 korbannya. Dominan dari Timur Tengah dan Asia. Lebih dari 1.900 jenazah/tahunnya (Mahfud MD).

Kondisi ini terjadi erat kaitannya dengan minimnya jumlah lapangan kerja di tanah air kita. Dampak langsung dari jumlah pencipta lapangan kerja di Indonesia sangat sedikit. Pencipta lapangan kerja adalah pengusaha. Jumlah pengusaha sedikit, pasti pengangguran banyak.

Kalkulasi logisnya, jika saat ini kita bisa menambah pengusaha 2% saja dari total penduduk 274 juta atau setara 5,5 juta orang pengusaha baru. Lalu mereka merekrut pengangguran 10 orang per pengusaha baru tersebut. Maka tercipta lapangan kerja 55 juta orang.

Habis sudah pengangguran dan TKI di luar negeri. Semua produktif di dalam negeri. Semua berkontribusi nyata membangun bangsanya. Pendapatan per kapita akan naik jadi sejahtera, yang miskin dan stunting juga tereduksi total.

Indonesia kekurangan jumlah pengusaha banyak sekali. Yang ada hanya 3,41% (Kemenkop UKM). Data ini pun banyak yang meragukan. Dampaknya jumlah pengangguran banyak dan hingga meluber ke luar negeri mencari kerja jadi TKI baik legal maupun ilegal.

Problematikanya, ” banyak sekali ” yang ingin jadi pengusaha, tapi ” sedikit sekali ” yang bisa mewujudkannya. Sekolah dan kampus, ” banyak sekali ” yang ingin alumninya pada jadi pengusaha. Tapi ” sedikit sekali ” yang bisa melahirkan pengusaha pencipta lapangan kerja.

Sebab problematika itu ada dampak dari iklim usaha kurang mendukung dan manusianya yang kurang bernyali mengawali usaha. Ulet bertahan tetap melangkah jika ada kesulitan dan jika gagal. Kesulitan pasti ada. Di antaranya modal, ilmu, jaringan dan lainnya.

Solusinya, kaji ulang. Agar tahu salahnya di masa lalu, diambil ilmu hikmahnya, kenapa iklim usaha kita selama ini kurang menjadi daya penyebab tumbuh pengusaha baru. Kenapa juga kampus atau sekolah belum bisa goal mewujudkan jumlah pengusaha minimal 5% dari penduduk Indonesia ?

Lalu membuat strategi baru yang beda dari selama ini. Terkait pembangunan iklim usaha dan pembangunan manusia calon pencipta lapangan kerja (pengusaha). Salah asumsi selama ini misal kurang modal, bukan keturunan pengusaha dan lainnya. Ditanggalkan, karena itu hanya belenggu diri belaka.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *