Hilirisasi inovasi di industri ruas hilir agro. Ini sesuatu yang mutlak harus dijalankan, jika punya harapan menatap masa depan jauh lebih nyata nikmatnya hidup di Indonesia. Jika tanpa sikap tegas membuat kebijakan iklim usaha arah itu, sama artinya hanya puas jadi supplier/vendor bahan baku industri di negara lain, mereka jadi penikmatnya.
- CPO, Minyak Mentah Sawit.
Potensinya 2023 sebanyak 49 juta ton. Diprediksi 2040 akan 100 juta ton, karena peremajaan dengan benih inovasi dan pengembangan sawit petani non perusahaan. Produk turunan sawit 198 item. Masih sangat minim yang jadi inovasi membumi, karena kekuarangan investor (pengusaha) di Indonesia.
CPO untuk jadi Minyak Goreng (Migor) mutu terbaik rendemennya 60%. Harga produksi CPO kebun sendiri Rp 5.000/kg. Harga CPO di pasar Rp 13.000/kg, harga migor di luar negeri dengan merk dagang populer Rp 25.000/kg. Padahal harga pokok produksi (HPP) proses dari CPO ke Migor maksimal Rp 3.000/kg. Profit margin 100%.
Itupun masih sisa 40% dari CPO tersebut. Bagi perusahaan yang berteknologi canggih agar nol limbah, maka 40% tersebut dijadikan margarin, sabun, pasta gigi dan lainnya. Jika memakai merk dagang populer juga 100% profit marginnya. Produk turunan CPO jadi migor, sabun, pasta gigi dan margarin masih dangkal. Karena masih ada 198 produk turunan.
Konkretnya bisa jadi sumber Vitamin A (Betakaroten) yang perannya sangat penting untuk menekan stunting kerdil malnutrisi, biasa diterapkan di negara maju. Masih banyak lagi manfaatnya untuk farmasi, kosmetik bahkan biji plastik. Artinya jika Indonesia mau maju sejahtera, hal mudah, hilirisasikan inovasi sawit 100 juta ton/tahun di masa mendatang.
- PKO, Minyak Mentah Kernel/Inti Sawit.
Potensinya saat ini 260 juta ton TBS/tahun x rendemem 5% setara 13 juta ton/tahun. Tahun 2040 diprediksi 25 juta ton/tahun. Pesawat Garuda Indonesia telah menguji berulang kali bahwa Bioavtur dari sawit sangat feasible, selain ramah lingkungan juga menekan pemborosan devisa impor avtur fosil. Potensi Bioavtur dunia, teramat besar.
Limbah PKO disebut Bungkil Sawit, sekitar 8 juta ton/tahun. Selama ini diekspor ke Selandia Baru, Australia jutaan ton/tahun. Jadi pakan sapi. Tapi di Indonesia sudah produksi jadi pellet pakan sapi, saat ini 1,2 juta ton/tahun di Gresik Jatim. Karena hanya ditambah Tapioka 5% saja, HPP nya tidak lebih dari Rp 2.000/kg. Laku keras minimal Rp 3.500/kg. Domestik dan ekspor. Hem. Kalikan saja.
- VCO, Minyak Murni Kelapa Tua.
Kelapa di Indonesia memang terluas di dunia 3,1 juta hektar. Tapi jumlah devisa dan nilai tambah dari kelapa ” kalah jauh ” dari Philipina, Sri Lanka dan Thailand. Karena mereka tidak menjual kelapa glondongan atau kopra bahan baku industri ke negara lain. Karena masyarakat kita suka diadu domba, kampanye negatif dari pesaing, kelapa ditelantarkan. Persis sawit saat ini.
VCO sangat bermanfaat bagai kesehatan seluruh umat manusia di atas bumi ini untuk kesehatan. Termasuk hewan peliharaan maupun ternak, sangat butuh produk turunan VCO ini. Rendemen VCO 16% dari bobotnya. Masih dapat nata de coco dari air kelapa, karbon aktif dari tempurung buat pembersih air, pembalut wanita dari cocopeat, bungkil jadi pakan ternak mutu super.
Tentu masih sangat banyak ” peluang emas ” industri agro nuansa inovasi pada ruas hilir. Karet, kakao, kopi, buah naga, nangka, ikan budi daya misal Gabus maupun Betutu jadi Albumin (Farmasi) dan lainnya. Jika itu diwujudkan dengan kebijakan makro stop ekspor bahan baku. Tidak mustahil APBN kita bukan lagi Rp 3.200 triliun tahun 2024 akan jadi Rp 32.000 triliun di beberapa tahun lagi. Bekal membangun bangsa lebih besar.
Solusinya, rangsang anak muda agar gemar jadi Industriawan agro hilir inovatif. Kemudahan berusaha serius diperhatikan, jika ada pungli oleh oknum pejabat/ASN tegas dipidanakan. Pelaku UKM discale up, agar serapan pengangguran banyak lalu sejahtera dan penampungan hasil agro makin besar, pajak juga makin banyak jadi APBN, impor terbendung dan hilirisasi inovasi konkret membumi.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630