Fri. Jun 27th, 2025

Selama tahun 2024 ini saja, saya mengajar lebih di 16 kampus perguruan tinggi. Dari 16 kampus tersebut ada 11 kampus negeri top di Indonesia. Bagi saya, kaji ulang pasca mengajar adalah hal mutlak. Agar saya tahu hasil kesan dan pesannya. Minimal lewat dosen (panitia) nya. Agar tahu kelemahan yang harus direduksi dan kelebihan yang harus dipertahankan. Ini fase penting, demi perbaikan di masa depan.

Karena bagi saya, cermin yang baik adalah orang lain. End user nya, jika itu ibarat sebuah produk. Akan makin ” marketable ” menguasai pangsa pasar makin luas atau sebaliknya jadi ” declining ” ditinggalkan oleh pasarnya. Dari tiap jadwal mengajar itulah saya kaji, diambil ilmu hikmahnya buat bekal pola mengajar yang diminati oleh pasar peserta didik.

Topik yang ditugaskan ke saya biasanya meliputi entrepreneurship, kajian pra investasi agribisnis termasuk agroklimat dan estimasi cashflownya, strategi penetrasi pasar, cara mengawali bisnis dari titik nol, integrasi agribisnis ekonomi sirkular nol limbah dan cetak sawah maupun kebun dengan remediasi lahan tandus jadi subur produktif. Berbasiskan pengalaman saya, selain hasil belajar di buku.

Hal paling menarik, tiap kali saya mengajar jadi dosen tamu praktisi mengajar, selalu saya selipkan pertanyaan siapa mau jadi pengusaha yang bisa memberdayakan karyawan jumlah banyak, pajak dan devisa buat negara juga bisa besar rutin, bisa menyisihkan rejeki usahanya bisa buat membantu masyarakat kurang beruntung misal tua renta atau yatim piatu ? Ternyata semua peserta 100% angkat tangan ingin jadi pengusaha/pebisnis (entrepreneur).

Setelah itu, saya berkisah cara saya dulu mengawali bisnis dari nol karena belum punya apa – apa dan dari keluarga baru berangkat transmigrasi. Saya kisahkan juga bagaimana cara saya membuat ” siasat ” agar orang percaya lalu dagangannya boleh saya kelola agar dapat laba tanpa punya modal. Bagaimana cara saya bisa beli kontan mobil Mercy untuk Istri hasil panen padi dan beli mobil Rubicon dari hasil singkong, tapi lahan sewa bayar panen.

Juga saya kisahkan pengalaman saya punya usaha ” agro inovatif ” walaupun masih ecek – ecek. Tapi mecer – mecer di Bogor, Banyuwangi, Kaltim dan Kalteng. Semua menerapkan manajemen jarak jauh sejak dulu hingga sekarang. Tiada satupun usaha saya yang selalu saya tunggui, hanya karena rasa takut berlebihan jika ditipu dan kesan tidak percaya dengan tim pemikir manajemen yang total tiap bulan harus saya siapkan gajian di atas Rp 700 juta.

Tapi juga tidak lupa saya kisahkan betapa tidak mudahnya mengawali usaha dari modal dengkul. Betapa sakitnya saat tertipu hingga bangkrut Rp 38 miliar 15 tahun silam tahun 2008. Betapa tidak mudahnya menguasai mental emosi diri sendiri saat jatuh tersungkur. Juga teramat tidak mudahnya agar bisa segera bangkit lagi. Tapi jadi ringan menyenangkan jika ada cinta pekat pada cita -cita.

Pada akhir tahun seperti ini. Nampaknya para mahasiswa mulai yang D3 hingga Pasca Sarjana S2 dan S3 pada suka diajak ambil ilmu hikmah di balik kisah. Inilah sesungguhnya ilmu bisnis sejatinya. Tinemune ilmu kanti laku/ketemunya ilmu jika sudah dijalani, bukan sekedar jika sudah dihafal belaka. Jika sudah dijalani praktik maka akan tahu sebab gagal maupun suksesnya. Yang sebab gagal jangan diulangi dan yang berhasil dikembangkan.

Sehingga dibutuhkan kecerdasan emosional (EQ) untuk berani mengawali bisnis untuk mempraktikkan ilmu akademik (IQ) nya. Keduanya sama sangat pentingnya. Saat 3 hari lalu saya ditanya di ITS Surabaya, jika mau jadi pengusaha apakah penting juga hingga kuliah pasca sarjana ? Jawaban saya, sangat penting bahkan harus sampai pasca sarjana S2 dan S3 agar makin pintar apalagi bisa cumlaude. Maka makin cepat sukses jika jadi entrepreneur.

Ilmu hikmahnya, bahwa ” Jika mau jadi pengusaha harus belajar cara belajar yang benar lalu dijabarkan apa yang diajarkan pada kesempatan pertama “. Jangan ditundai mengawali praktik bisnis, karena di balik praktik bisnis itulah ada ilmu hikmah, ilmu bisnis sejati jatinya. Kalkulasinya jika saat ini terlahir pebisnis baru 100.000 pebisnis baru dengan indeks karyawannya 100 orang saja, maka pengangguran jadi NOL, karena 100.000 x 100 orang = 10 juta setara jumlah pengangguran saat ini.

Salam MandirišŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Praktisi Agribisnis
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *