Saat kita masih sekolah atau kuliah, selalu berusaha agar bisa diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Umumnya di sekolah atau perguruan tinggi favorit soal – soalnya saat ujian akan ” lebih sulit ” dibandingkan di sekolah atau perguruan tinggi lainnya.
Bahkan di sekolah saya dulu, SMA Negeri 1 Singaraja Bali. SMA tertua se-Bali, NTB dan NTT. Saya ingat persis, saat ujian sering tidak diawasi agar tumbuh kesadaran mental untuk jujur mengerjakan sendiri tanpa curang. Beda saat SMP di Banyuwangi, diawasi sangat ketat.
Begitu juga saat saya mau kuliah, kenapa memilih Universitas Airlangga Surabaya. Bukan kampus lain yang asal – asalan misalnya. Tentu agar dapat proses pendidikan yang lebih bermutu. Agar bermutu, konsekuensi logisnya soal – soal saat ujian pasti lebih sulit. Soal ujiannya bukan asalan.
Dampaknya harus tumbuh kesadaran membekali diri lebih serius. Saat belajar di ruang kelas harus fokus konsentrasi agar optimal daya serap transfer ilmu dari dosennya. Jika dirasa ada belum paham menguasai, sore atau malam hari ada kesadaran membaca ulang.
Maksud tujuannya, agar mampu menyelesaikan dengan baik semua soal ujian yang sesulit apapun. Bahkan menghindari kegagalan sering membuat soal sendiri, diselesaikan sendiri. Soal yang kita buat sesulit mungkin. Makin sulit soal yang kita buat, maka kita makin percaya diri akan lulus.
Ilmu hikmahnya, proses mengatasi kesulitan adalah proses pembelajaran nyata. Bahkan segala macam kesulitan sengaja kita ciptakan agar menuai hasil pembelajaran dan inovasi agar jadi solusi di masa depan. Jika tidak pernah maksimal mengatasi kesulitan maka minimal dapat pembelajaran.
Pembelajaran adalah hak dan kewajiban semua orang. Terutama kawula muda. Ibarat pohon itu tunas muda, yang akan menatap jadi pohon yang besar. Bisa kokoh kuat karena pernah dapat hempasan angin, ada toleran resisten tetap tumbuh besar, karena pernah ada ancaman hama penyakit.
Seorang sahabat, keluarganya sengaja cipta kondisi agar sedikit banyak anak – anaknya diberi kesempatan menghadapi dan mengatasi masalahnya. Agar dapat pembelajaran hidup. Sekalipun proses pendidikan formalnya cukup tinggi.
Pendidikan formal tinggi pun dianggap masih kurang. Sehingga ditambah ” soal – soal sulit ” pada kehidupan nyata. Agar ada pembelajaran pada kehidupan nyata. Karena banyak kisah tingginya pendidikan formal tidak linier dengan karakter kemandiriannya.
Tidak linier dengan kesuksesan, jika mau jadi figur punya profesi wirausaha cipta lapangan kerja. Pembayar pajak jumlah besar rutin. Cetak devisa jumlah besar rutin. Lokomotif perekonomian masyarakat. Butuh proses harus pernah salah dan gagal, pertanda pernah berbuat nyata.
Keluarga tersebut mengilhami saya, konsep itu saya tiru. Saya replikasi walau sesuai ukurannya. Pola ATM (amati, tiru, modifikasi). Setidaknya membuat lebih punya daya juang beda dari lainnya. Fighting spirit beda. Kemauan keras beda. Daya nalar analisis beda. Perkiraan dan hipotesa cepat, juga akan beda.
Itu bisanya jika membiasakan atau dibiasakan oleh keadaan. Tanpa proses, mustahil sukses. Tadi malam kami dapat tamu pejabat, tapi mitra bisnis saya. Sengaja mengajak anak ikutan nimbrung. Agar tahu proses diskusi hal bisnis. Proses kaderisasi jadi petani peternak pebisnis.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630