Mon. Jun 23rd, 2025

Kawula muda, artikel saya kali ini bernuansa falsafah kelaziman di tengah masyarakat yang suka ngopi. Bahasa Jawanya, tembung sasmito/sindiran baik memakai bahasa kiasan bermakna agar dianalisa sendiri dalam pola pikirnya masing – masing. Indah, nikmat bagi yang doyan kopi. Sejak proses hingga diseruput. Kaya makna.

Tentang kopi, makna gramatikalnya jamak sekali, luas dan dalam. Tergantung yang bersangkutan dalam membuat tafsir, terjemahan dan penjabaran di lapangan. Yang pasti banyak pesan bijak diilustrasikan dengan kopi. Kadang menggelitik, edukatif, mawas diri dan ajakan berbuat sesuatu yang positif.

Tentu dengan harapan agar memberi manfaat nyata bagi orang lain jumlah banyak jangka panjang dan alam semesta ciptaan Nya ini. Karena esensi sebaik – baiknya manusia adalah yang mampu memberdayakan diri agar bermanfaat. Nilai – nilai pesan moral tentang kopi, makin digali makin berartinya.

1). Jangan menyalahkan kopi.

Saat merebus kopi, umumnya orang hanya air panas ditambahkan dengan kopi dan gula lalu diaduk begitu saja. Padahal paling ideal, jika air sudah mendidih gula dan kopi dimasukkan diaduk sekitar 10 menit. Baru dituang di cangkir. Itu yang keren sekali. Nikmatnya beda. Artinya tanpa ” proses hidup ” yang tepat, maka hasilnya kurang tepat juga.

Jika membuat kopi tapi gulanya kurang lalu pahit, yang disalahkan kopi. Katanya, kopinya pahit. Sebaliknya, jika gula berlebih, tetap kopinya terlalu manis. Lagi – lagi kopi tempat salah. Padahal peran gula. Peran yang membagi proporsi dan mengaduknya. Apapun masalahnya, tergantung kita cara menyikapinya. Baik positif maupun negatifnya.

Kalaupun kopinya pahit, justru karena itu bisa menikmati manis. Lidah akan
Membedakan rasa antara pahit dan manis. Pahit sekalipun jika dinikmati akan berlalu juga, toh itulah makna seruputan kopi/proses perjalanan hidup. Konkretnya, jika tanpa pernah ” hidup pahit ” kadang melahirkan kesombongan. Lupa Tuhan.

2). Jangan biarkan kopimu dingin.

Saat kita membuat kopi, nikmatnya saat masih panas hangat, bukan saat dingin. Kadang jika lupa lalu karena sibuk non produktif, saat kopi dingin jadi sesal lekat hingga di ujung hayat. Sama halnya, jika masih muda tanpa membekali diri iptek dan langsung dipraktikkan, agar skill dan sejahtera. Umumnya sesal di hari tua. Ini tiada arti.

Artinya banyak orang menyia – nyiakan waktu hanya jadi ” limbah waktu ” saja. Non produktif dan kontra produktif. Momentum telah berlalu. Hidup bagai mampir minum di tengah perjalanan nan panjang saja. Ada ribuan tahun sebelum kita lahir dan ada pula ribuan tahun setelah kita mati. Padahal hidup kita lazimnya hanya puluhan tahun saja.

Uraian di atas. Pengalaman saya pribadi. Tidak mau kopiku dingin begitu saja. Puji syukur, saya sudah usai membangunkan rumah orang tua, paman yang dulunya mengajari nulis dan baca saat kelas 4 SD, 2 kali tidak naik kelas di Banyuwangi dan membangunkan rumah mertua di Jember. Artinya telah kelar selain di atas buat orang tua, anak – anak juga pada lulus pasca sarjana. Karena tani ternak inovatif.

Juga patut sangat disyukuri bahwa anak – anak saya pada mau sekaligus bangga dengan profesi berkebun dan beternak sapi maupun ikan patin. Sementara waktu sudah sesuai harapan proses regenerasi petani peternak inovatif dan tanda bhakti ke orang tua, karena sesungguhnya ini semua karena doa restu orang tua.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *