Banyak yang tidak menyadari bahwa impor pangan yang saat ini tembus di atas Rp 330 triliun/tahun adalah ” hanya akibat ” saja. Di antaranya luasan sawah yang tidak proporsi sesuai ilmu pengetahuan indeks ideal 500 meter/kapita.
Jika proporsi sesuai ilmu pengetahuan maka ideal sawah di Indonesia minimal 277,8 juta jiwa x 500 meter = 14 juta hektar. Faktanya data BPS luas sawah saat ini hanya 7,1 juta hektar. Hanya setara 50% dari rasionya.
Manajemen sarung, jika dipaksakan maka persis ” manajemen sarung “, jika ditarik ke atas lutut nampak, tapi jika ditarik ke bawah maka burung pipit gantian yang nampak. Seperti taplak meja, ukuran luas taplak kalah dengan mejanya.
Artinya jika dipaksakan padi beras harus swasembada maka jumlah impor jagung, kedelai, palawija dan gandum spontan naik. Persis orang sakit infeksi gejalanya demam, tanpa antibiotik hanya minum paracetamol penurun panas saja.
Kalkulasi logisnya ;
1. Beras.
Tahun 2030, jumlah penduduk Indonesia minimal 300 juta jiwa. Indeks asupan beras 116 kg/kapita dan indeks produksi beras 2,56 ton/ha (BPS). Maka kebutuhan beras 300 juta x 116 kg = 35 juta ton beras/tahun. Maka kebutuhan luas tanam padi 35 juta ton : 2,56 ton/ha = 13,7 juta hektar.
Padahal saat ini yang jumlah penduduk hanya 277,8 juta ha (BPS) impor beras sudah 3,2 juta ton/tahun. Ini terlepas dari dampak El Nino. Rasio kebutuhan (277,8 juta jiwa x 116 kg) : 2,56 ton/ha = 12,6 juta hektar. Padahal luas tanam padi hanya 10,6 juta hektar saja, wajar impor 3,2 juta ton beras.
2. Jagung.
Ini pakan ternak, saat sawah yang ada dipaksa untuk padi maka jagung tidak bisa swasembada. Otomatis impor jagung dan gandum makin meroket. Hingga impor gandum saat ini goal 13 juta ton/tahun. Jika barang impor jagung terlambat datang hukum pasar bermain, jagung langka, harga mahal hingga saat ini Rp 10.000/kg.
Jika jagung mahal maka pakan ayam mahal, daging ayam naik harganya. Jika harga daging ayam ditekan agar murah. Alamat peternak ayam gulung tikar massal. PHK massal, daya beli turun. Ini sebabnya karena rebutan lahan tanam jagung dan padi pada lahan itu – itu saja. Dampak dari kurang luas sawah kita.
3. Kedelai.
Sekalipun ini tanaman sub tropis, tapi telah lama jadi sumber protein bagi masyarakat luas di Indonesia yang murah meriah. Tidak heran jika impornya makin meroket saja hingga 3,2 juta ton/tahun. Dampak dari luas tanam tidak memadai, akibat kurang luas sawah kita hanya 7,1 juta hektar.
Jumlah impor 3,2 juta ton/tahun. Setara dengan hasil panen dari luas tanam 3,2 juta ton : 1,7 ton/ha = 1,9 juta hektar. Artinya kalau mau swasembada kedelai harus ada lahan baru seluas 1,9 juta hektar lagi. Jika tidak dipenuhi, maka jangan menyalahkan jika impor kedelai terus meroket lalu jadi bahan gorengan.
4. Tebu/Gula.
Ini justru makin ekstrem, di mana – mana lahan perkebunan tebu alih fungsi. Bahkan pabrik gula berubah fungsi hanya sebatas jadi tempat wisata. Sangat wajar data impor gula makin meroket hingga goal 5,2 juta ton/tahun. Walaupun tahun 1930 Nusantara Juara 2 Dunia produsen gula.
Impor gula 5,2 juta ton/tahun. Setara dengan kekurangan luas tanam, kurang luas lahan baru, sebanyak 5,2 juta ton : 7 ton/ha = 734.000 hektar lagi. Ini yang tidak kita sadari selama ini. Hanya suka ribut bicara heboh opini saling menyalahkan agar dianggap hebat saja. Tapi opininya hanya akibat saja.
Selama ini tanpa mencari solusi logisnya menurut ilmu pengetahuan. Konkretnya tanpa memakai ekonometrika data empirik selama ini ditabulasi, dianalisa dan disimpulkan apa prediksi maupun antisipasinya ke depan. Mustahil gula akan swasembada jika tanpa perluasan lahan baru.
Kesimpulan, jika pangan kita mau berdaulat swasembada harus penambahan lahan baru 7 juta hektar lagi. Jika ketahanan pangan kita mau setara Singapura maka pendapatan per kapita mesti minimal 5 kalinya sekarang, solusinya indeks kepemilikan lahan petani harus 15 kalinya saat ini hanya 0,25 ha/KK ada 16,68 juta (BPS).
Solusinya cetak sawah food estate 7 juta hektar lagi, dibagikan ke petani diangsur dari hasilnya seperti plasma petani sawit melalui kredit bunga lunak.
Salam Bangkit 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630