Sat. Apr 19th, 2025

Sejujurnya, saya geli saja kalau ada yang bilang impor daging sapi, apalagi impor daging kerbau. Lalu menganggap dirinya sangat berjasa pada bangsa kita ini, merasa telah sukses mengendalikan harga daging agar inflasi tidak liar. Liarnya inflasi menambah kemiskinan.

Dalam hatiku, kalau pekerjaan impor daging saja. Apalagi daging kerbau yang teramat murah di India. Tetanggaku di kampung sana, banyak sekali yang bisa. Mungkin 1 malam mencari 1 batalyon pun bisa, kalau hanya impor daging kerbau. Apalagi kalau memakai dana APBN atau Bank.

Di mata saya, selaku peternak. Impor daging untuk negara berpenduduk 273,8 juta jiwa dengan defisit sapi indukan 5 juta ekor. Itu mah, teramat mudah. Surga dunia. Karena marketable dan fast moving. Persis sulapan cetak laba besar agar kaya raya dadakan, walaupun Bulog.

Apa dasar pernyataan saya di atas, dari sudut mudaratnya impor daging selama ini ?

1. Kebutuhan daging 2022, sekitar 800.000 ton. Setara 6,8 juta ekor sapi Bali bobot 350 kg. Kemampuan produksi siap potong hanya sekitar 4,7 juta ekor/tahun. Jika dipaksakan maka sapi betina makin massal yang dipotong. Maka impor daging sapi, daging kerbau dan sapi semua setara 2,1 juta ekor sapi Bali 350 kg.

2. Jika tanpa impor maka akan terjadi 2 kondisi yaitu harga daging akan melambung tinggi bisa jadi Rp 200.000/kg, bukan hanya Rp 150.000/kg seperti saat ini. Kondisi kedua jika tanpa impor maka pemotongan sapi secara massal, lalu terjadi depopulasi sapi. Bisa jadi 7 tahun saja, sapi Indonesia punah.

3. Pada 2 minggu lalu, saya ke Subang Jabar. Ketemu sahabat, Sarjana Peternakan dan beberapa Dokter Hewan. Mereka dari sekian banyak karyawan yang di PHK oleh perusahaan penggemukan sapi. Kapasitas 36.000 ekor sapi. Itu baru 1 korban daging kerbau impor dari sekian banyak kandang tutup permanen.

4. Anak saya ke 2, saat ini lagi studi di Pascasarjana Peternakan di Universitas Udayana Bali. Belum – belum nyalinya sudah mulai ciut lihat iklim usaha investasi peternakan di Indonesia. Padahal sudah saya bangunkan kandang dan sapi dengan konsep ” breeding is leading “.

5. Nyalinya ciut, karena mahalnya sapi bakalan. Mendatangkan sapi betina dari luar Kalimantan selain biayanya terbebani ongkos kirim dan legalitas habis Rp 9.000/kg. Juga ” teramat sulit ” birokrasi investasi sapi. Tidak seindah, apa yang diharapkan oleh Presiden Jokowi agar iklim usaha diperbaiki.

Solusinya ?

Kalau membangun Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan lainnya saja sangat mudah sekalipun habis ribuan triliun. Mestinya sangat mudah kalau hanya Rp 70 triliun untuk impor sapi betina 7 juta ekor. Agar jadi lapangan kerja jutaan peternak, sarjana peternakan dan dokter hewan. Hasil breedingnya, anaknya jadi daging sapi harga Rp 80.000/kg. Tekan stunting hingga 5% saja.

Negara yang hebat, jika punya kehebatan mewujudkan swasembada pangan mudah diakses dan murah kompetitif. Dengan cara hebat membuat kebijakan berpihak memberdayakan warganya agar produktif berkontribusi untuk negerinya. Bukan hebat bisa impor daging makin besar saja.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *