Sun. Oct 20th, 2024

Percepatan majunya sebuah bangsa salah sebab utamanya ada pada inovasi yang memasyarakat. Artinya berkat masyarakat menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam kehidupan sehari – hari akan meningkatkan kesejahteraan bangsanya.

Sebuah bangsa akan cepat maju dengan indikasi pendapatan per kapita di atas Rp 500 juta/tahun banyak dipengaruhi oleh iptek yang diterapkannya. Bukan karena kekayaan alam yang dimilikinya. Contoh Swiss USD 93.000 dan Singapura USD 83.000. Mereka tanpa kekayaan alam berlimpah.

Sementara itu, Indonesia pendapatan per kapita masih jauh di bawahnya hanya 6% dari mereka Singapura dan Swiss, yaitu hanya USD 5.100 saja. Padahal Indonesia punya kekayaan alam yang kaya raya berlimpah. Karena ipteknya belum memasyarakat. Inovasinya belum membumi.

Ini tercermin dari Indeks Inovasi Global masih peringkat ke 54 di dunia, artinya hak paten dari kekayaan intelektual kita masih kurang banyak. Apalagi Indeks Kompleksitas Ekonomi kita masih peringkat ke 97 di dunia, artinya kita belum mampu memproduksi barang inovatif langka.

Level masyarakat kita masih suka ekspor bahan mentah. Hanya sebatas suka jadi supplier/vendor bahan baku ” industri inovatif ” di banyak negara maju yang memproduksi barang inovatif langka mahal karena jadi rebutan pasar global dan labanya banyak, lalu cepat sejahtera.

1). Kelapa

Kelapa kita terluas di dunia 3,1 juta hektar. Tapi jumlah industri pengolahan kelapa bisa dihitung jari. Masih suka ekspor bahan baku ke negara lain yang punya industri kelapa ribuan. Sehingga laba kita sangat sedikit belum mensejahterakan bangsa. Devisa dari kelapa saja kalah banyak dibandingkan Filipina.

Implikasinya, negara lain pengimpor kelapa bahan baku jadi cepat majunya. Misal Malaysia pendapatan per kapitanya 3 kali lipatnya Indonesia, RRC sebagai penampung kelapa miliaran butir dari kita berpesta pora menikmati laba besarnya jangka panjang.

Konkretnya, air kelapa yang kita buang selama ini dianggap limbah karena belum mampu mengolahnya, karena inovasi belum membumi dan kurang banyak industriawan agro inovatif. Jumlahnya 3,6 juta ton/tahun, padahal ini setara minimal Rp 50 triliun/tahun. Begitu juga cocopeat, cocofiber dan lainnya.

2). Sawit

Luas sawit kita 16,38 juta hektar, terluas di dunia. Memang hanya 7% jumlah ekspor CPO kita dari jumlah total CPO yang kita produksi 53 juta ton/tahun, dominan ekor RPO produk ” inovasi dangkal “. Sebaliknya luas sawit Malaysia hanya 5,6 juta hektar atau 37% dari kita. Tapi devisa didapat lebih banyak Malaysia.

Implikasinya, kesejateraan masyarakat Malaysia 3 kali Indonesia (PDB/kapita). Ini terjadi karena memaksimalkan ekspor produk turunan sawit yang bernuansakan inovasi, sekaligus meminimalkan limbahnya. Apresiasi lahan sawit per hektar jauh di atas Indonesia.

Konkretnya, jumlah ekspor bungkil sawit di atas 4 juta ton harga sekitar Rp 2.000/kg. Padahal di luar negeri setelah diproses jadi bahan pakan ternak minimal dijual Rp 5.000/kg nya. Dapat nilai tambah setelah jadi pakan dan susu atau daging sapi Rp 50 triliun/tahun. Itu baru limbah. Belum kernel dan CPO nya.

Ilustrasi lain yang bisa kita ambil ilmu hikmahnya betapa sangat pentingnya hilirisasi inovasi dan riset yang hasilnya ” on market “, bukan on lemari perpustakaan. Agar kita ” bangkit ” lebih suka melakukan penelitian yang berbasiskan sesuai maunya pasar hasil analisa dari intelijen pasar.

Kebun Sawit
Tanpa pabrik kelapa sawit (PKS) dan pabrik minyak goreng dengan luas 12.000 hektar. Paling omsetnya 12. 000 hektar x Rp 25 ton TBS/ha x Rp 3.000/kg = Rp 900 miliar/tahun, karena hanya jual bahan baku. Kalah dengan hanya lahan 50 hektar isi pabrik bahan baku sawit jadi CPO, sabun, margarin dan minyak goreng omzet bisa Rp 1,7 Triliun/tahun. Berkat hilirisi inovasi.

Kesimpulan. Dari kisah di atas mencerminkan Indonesia, kenapa lambat majunya. Korsel duluan maju, padahal merdekanya bersamaan. Itu karena kita tidak mau main di hilir inovasi. Kurang banyak hasil riset yang membumi, kurang banyak yang berani jadi entrepreneur/ industriawan agro hilir inovasi dan iklim usaha kurang berpihak inovatif.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *