Sun. Feb 23rd, 2025

Efisiensi, praktik kreativitas dan inovasi agar ketemu indeks biaya produksi makin rendah, biasa disebut harga pokok produksi (HPP) baik wujud jasa atau produk. Bisa inputnya diturunkan, outputnya tetap. Bisa input tetap , output naik. Bahkan bisa input turun secara bersamaan output naik, ini yang paling ideal.

Agar mudah didapat ilmu hikmahnya lalu jadi bahan pembelajaran berikut ini contoh sederhana di lapangan. Lalu bisa kawula muda kembangkan dalam membangun diri kita agar senantiasa berpola pikir praktik efisiensi dalam berbagai hal. Termasuk penggunaan waktu, energi, tenaga, biaya dan lainnya.

1). Peternakan.

Biasanya biaya harian totalnya Rp 20.000/ekor/hari menghasilkan 1,5 kg daging setara Rp 75.000/ekor/hari. Karena kreatif inovatif biaya ditiadakan karena feses urine direkayasa jadi pupuk hayati biang mikroba setara omzet Rp 20.000/ekor/hari juga, masih juga dapat daging 1,5 kg setara Rp 75.000/ekor/hari.

2). Perkebunan.

Muat sawit biasanya Rp 25.000/ton karena 200 ton/hari maka biaya yang timbul Rp 5 juta/hari. Karena mau kreatif adaptif dengan teknologi maka memakai mesin Loader anggaran cukup Rp 7.000/ton, setara Rp 1,4 juta/hari dalam jumlah 200 ton juga. Implikasi efisiensinya Rp 3,6 juta/hari atau di atas Rp 1 miliar/tahun. Biaya bisa direlokasi ke lainnya.

3). Perikanan.

Biasanya pakan pellet untuk ikan pabrikan Rp 12.000/kg butuh 2 ton, habis Rp 24 juta/hari. Karena mau rekayasa mental pola pikir efisiensi. Memproduksi pellet sendiri hanya Rp 7.000/kg, 2 ton habis Rp 14 juta/hari. Implikasinya hemat Rp 10 juta/hari. HPP turun kontan. Dalam setahun bisa hemat Rp 3,6 miliar jadi penambah laba.

Dari ketiga kisah nyata di atas kita bisa ambil ilmu hikmahnya. Betapa sangat pentingnya membekali diri, termasuk bangsa kita ini. Agar selalu berubah jadi mental efisiensi. Seperti yang diprogramkan oleh Presiden Prabowo. Pemangkasan besar – besaran agar program jalan sesuai biasanya tapi biaya diturunkan. Biaya rendah, hasil sama seperti biasa.

Karena selama ini sudah jadi rahasia umum tanpa kontrol manfaat dari biaya yang timbul oleh APBN uang keringat pajak rakyat kita. Non efisien. Sangat memprihatinkan puluhan tahun terjadi tanpa aksi mereduksi. Sisi lain kita hanya suka mengeluh terhadap keadaan tanpa kontribusi solusi konkret.

1). Penelitian.

Banyak kesulitan yang dihadapi masyarakat Indonesia sehingga HPP produk Indonesia mahal tidak kompetitif lalu kebanjiran barang impor. Solusinya menghadapi ” kesulitan adalah penelitian ” yang menghasilkan inovasi membumi. Faktanya ratusan triliun/tahun anggaran penelitian 90% lebih hanya berujung di jurnal dan lemari. Sangat boros. Tidak efisien.

2). Perencanaan.

Banyak kegiatan yang anggaran APBN habis terbanyaknya justru masih pada fase perencanaan. Studi banding ke luar negeri berulang kali. Rapat di hotel mewah 18 kali. FGD 4 sd 5 kali. Ujungnya aksi implementasinya nunggu ulang tahunnya rencana yang dibuat teramat mahal tersebut. Termasuk korupsinya dirancang, sejak fase rencana.

3). Pelaksanaan.

Tidak asing lagi kalau ada proyek APBN/APBD harus ada angggaran taktis koruptif untuk meja – meja para oknum pejabat hingga minimal 15% dari total tender lelangnya. Selain itu ada permainan lapangan mark up biaya dari standar mutu minimal 25%, ini sudah rahasia umum. Pendek kata, tanpa beban bahwa itu dosa. Itu mudarat. Itu uang rakyat.

Kesimpulan. Saya sangat setuju dan mari kita dukung sepenuhnya kebijakan Presiden Prabowo untuk bersih – bersih dari mental koruptif. Efisiensi untuk semua anggaran dari APBN agar makin efektif lagi. Menahan Dana Hasil Ekspor (DHE) ratusan triliun agar rupiah menguat. Rupiah menguat agar biaya impor berbagai hal murah. Lalu nilai invest rendah. Pangan dan energi murah. Kompetitif.

Apalagi merampas kembali aset koruptor, kapan mahasiswa demo hal ini ?

Kapan realisasinya merampas aset koruptor ?

Salam Efisiensi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *