Kadang banyak pihak mempertanyakan ilmunya bisnis itu yang mana dan dari mana, sehingga banyak pihak yang sudah punya gelar sarjana maupun master di bidang ekonomi dan bisnis, tapi ingin jadi pebisnis sangat sulit diwujudkannya. Sehingga persentasenya sangat rendah orang berprofesi sebagai pebisnis.
Sebaliknya banyak pebisnis tanpa gelar itupun, bisa jadi. Sisi lain lagi, ada juga praktisi bisnis yang mengatakan bahwa ilmu bisnis tidak ada teorinya. Ada lagi yang mengatakan bahwa ilmu bisnis adanya di setiap ruas langkah bisnis yang penuh kesulitan atau adanya ilmu solusi bisnis saat mengatasi ragam kesulitan.
Beda lagi Bahasa Jawa ” Tinemune ilmu kanti laku, bahwa ketemunya ilmu bisnis jika sudah dijalani “. Artinya jika tanpa mau praktik bisnis maka tiada mungkin punya ilmu praktik bisnis. Pendek kata, jika mau jadi pebisnis syarat mutlak harus punya ilmu bisnis, adanya di balik ragam kesulitan diambil ilmu hikmahnya.
Contoh ;
1). Ilmu Intuisi Bisnis.
Kemampuan melahirkan intuisi bisnis hal mutlak harus dimiliki oleh pebisnis. Karena inilah cikal bakalnya bisnis sebesar apapun itu. Akan skill berintuisi bisnis jika sering melakukan hingga refleks, di manapun dan kapanpun tetap peluang bisnis menari – nari di kelopak mata pebisnis. Pebisnis tanpa intuisi, nihil.
Caranya memberdayakan panca indranya seoptimal mungkin. Sehingga situasi apapun dan di manapun harus bisa melihat peluang bisnis, sekalipun peluang bisnis tersebut puluhan tahun tidak terlihat orang banyak pada umumnya. Pebisnis harus beda, harus bisa melahirkan intuisi bisnis. Karena nalurinya sering dipraktikkannya.
2). Ilmu Leadership Bisnis.
Tidak perlu heran jika ada pebisnis tanpa punya gelar akademik, tapi disegani oleh staf – stafnya yang gelar akademiknya berjejer. Bahkan pebisnis tersebut hingga gelarnya dianugerahi karena penghormatan dari akademik kepada sosok/figur yang punya reputasi tinggi. Misal telah melakukan perubahan besar di tengah masyarakat yaitu Doktor Honoris Causa (HC).
Tentu bukan hal mudah memimpin para staf karyawannya yang pendidikan formalnya lebih tinggi. Tapi karena pengalaman yang panjang memimpin maka punya ilmu kepemimpinan. Dapatnya ilmu memimpin karena berulang kali kesulitan memimpin. Gagal memimpin, diambil ilmu hikmahnya untuk bekal memimpin lagi, lebih sempurna lagi.
3). Ilmu Cashflow Bisnis.
Nadi dalam bisnis adalah arus kas (cashflow). Pebisnis walaupun bukan berlatar belakang sarjana akuntansi, hal mutlak harus menguasai soal keuangan bisnis. Harus tahu perencanaan keuangan, operasional keuangan dan evaluasi keuangan bisnis. Agar tahu dinamikanya keuangan pada bisnisnya.
Pembukuan pebisnis adalah jantungnya bisnis. Harus punya ilmunya. Caranya harus berulang kali praktik keuangan bisnis. Harus bisa memimpin para stafnya sarjana akuntansi dan harus bisa membaca laporan akuntan publik sebagai mitranya. Sama halnya, hal pajak. Caranya, tiada henti berani menghadapi kesulitan soal keuangan bisnis.
4). Ilmu Pemasaran.
Ilmu pemasaran hal penting bagi pebisnis. Pebisnis sukses hampir semuanya berlatar belakang sebagai pemasar hebat. Karena pemasaran adalah ujung tombangnya bisnis. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka harus mempunyai ilmu pemasaran. Caranya harus banyak praktik memasarkan, agar menghadapi kesulitan, lalu dapat ilmunya.
Banyak sekali orang bermimpi jadi pebisnis, tapi tidak mau melawati ” jembatan ” mutlaknya yaitu harus bisa memasarkan. Agar bisa skill memasarkan, maka harus berulang kali gagal dan gagal memasarkan, karena sering gagal maka sering dapat ilmu hikmahnya tentang pemasaran. Lalu refleks dan skill memasarkan yang menyehatkan cashflownya.
Tentu masih banyak ilmunya para pebisnis dan antar pebisnis beda – beda caranya. Contoh harus jadi manajer pemasaran agar dapat laba, tapi tanpa punya produk dagangan yang dipasarkan. Harus bisa jadi manajer keuangan agar bisnisnya jalan, tapi belum punya uang sendiri. Itu akan dimiliki ilmunya, jika mau mempraktikkannya. Tidak cukup dihafal saja, jika mau jadi pebisnis.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agribisnis
HP 081586580630