Mon. Jun 23rd, 2025

Sudah klasik, jika profesi petani refleks dijadikan simbol rakyat miskin. Misal saja pakaiannya lusuh tua setua orangnya, rumahnya sempit seperti lahannya dan lainnya. Faktanya seperti itu di negeri ini petani ikon kemiskinan.

Beda jauh dengan di negeri lainnya. Petani diilustrasikan sebagai simbol kemakmuran rakyat, lahannya luas hingga ratusan hektar tiap kepala keluarga dengan beragam dukungan teknologi terkini benih, pupuk dan sarana produksi lainnya.

Petani Indonesia, data Sensus Pertanian terakhir yang diadakan setiap 10 tahun sekali. Saat ini lebih dari 80% usia tua. Lebih dari 80% pendidikannya SD dan SMP. Luas lahannya hanya 0,3 ha/KK sebanyak 16 juta KK. Luas penyempitan lahan 110.000 ha/tahunnya.

Petaninya, tiap kali panen paling ketakutan jika ada barang impor datang, karena selalu kalah harga. Jika itu terjadi maka demotivasi, kapok bertani. Alih profesi atau jadi TKI, terus tiada henti. Hingga dalam 10 tahun hilang petani 5,2 juta KK. Lahan terlantar makin luas.

Pertanyaan sederhana, kenapa pangan dari luar negeri lebih murah padahal didatangkan dari jauh butuh ongkos kirim mahal dan petani sejahtera ?

Pangan kita lebih mahal karena memang harga pokok produksi (HPP) lebih mahal. Biaya tinggi jumlah produksi rendah, jika biaya dibagi jumlah produksi (HPP) jadilah mahal. Jika dipaksa jual murah dengan ” politik pangan murah ” maka petani kalah. Petani menyerah.

Misal, gula pasir dari Thailand, Brasil dan India maksimal Rp 6.000/kg tapi produk kita Rp 11.000/kg. Kedelai impor sampai Indonesia Rp 6.000/kg, tapi di kita Rp 9.000/kg, Sapi di Australia juga lebih murah. Bawang putih, jahe, sayur, buah dan lainnya juga begitu, kita kalah.

Keadaan ini semua hanyalah akibat saja. Karena petaninya hanya berpendidikan rendah. Kebijakannya belum berpihak agar HPP rendah lalu kompetitif. Misal belum inovatif. Juga petaninya bukan para pemilik ilmu perguruan tinggi di bidang pertanian.

Sekalipun sarjana pertanian di Indonesia terbanyak di dunia. Jumlah perguruan tinggi di Indonesia terbanyak ke 2 di dunia, setelah India. Urip iku urup/hidup itu terang, menerangi sekitarnya/bermanfaat.

Hari ini Hari Tani. Selamat Hari Tani, tiada kehidupan hari ini jika tiada pangan yang diproduksi oleh petani. Pahlawan pangan, berjasa juga menjadikan para ilmuwan dan negarawan.

Saatnya berpihak ke petani jika ingin negara Indonesia milik kita dan kehidupan ini berkelanjutan. Petani jangan dibiarkan jalan sendiri. Kembalikan ke diri sendiri.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Hp 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *