Wayan Supadno
Selama 10 hari ini, saya pulang kampung di Banyuwangi selatan. Sering terjadi proses reuni kecil tanpa sengaja dengan teman – teman masa kecilku. Di kampung kecil berbatasan dengan hutan jati bagian selatan, barat dan parsial utara.
Misal saja saat SD saya tidak naik kelas 2X dan nyaris bisu hingga jadi objek sasaran ledekan olokan. Dapat susu gratis tiap Senin dan Kamis di sekolah, banyak yang mabuk, lalu jadi jatah saya.
Juga sepulang sekolah menggembalakan kerbau ke hutan jati milik PT Perhutani di belakang rumah. Kadang kalau liburan tidur di hutan. Membuat panggung di atas kerbau. Indah sekali dikenang.
Nampak jelas teman – teman, ” gurat pertanda berbuat “, di masa lampau. Banyak kenangan indah jadi bahan bercanda produktif. Jenaka yang menyegarkan. Saat ini, penting asupan kisah seperti itu agar makin dewasa paralel dengan usia makin tua.
Secara keseluruhan arti gramatikalnya ” Gurat Pertanda Berbuat ” dapat dimaknai sebagai :
“ Tanda-tanda atau bekas yang menunjukkan bahwa seseorang telah melakukan sesuatu ”.
Dengan kata lain, setiap tindakan pasti meninggalkan jejak, baik secara fisik, moral, maupun sosial. Goresan itu bisa jadi kenangan, pelajaran, atau peringatan. Bahkan kaya akan ilmu hikmahnya, asal mau peduli memetiknya.
1). Manfaat Memahami Ungkapan Ini :
Refleksi diri. Menyadarkan kita bahwa setiap tindakan ada akibat atau tanggung jawabnya. Konsekuensi logisnya ada. Kalau mau jadi apa, harus berbuat apa. Prinsip ini sangat penting.
Motivasi untuk bertindak positif. Supaya gurat yang kita tinggalkan jadi warisan atau inspirasi, bukan penyesalan. Agar tidak hanya cipta limbah waktu saja, non produktif.
Pembelajaran dari jejak hidup, kita bisa belajar dari ” gurat pertanda berbuat ” yang orang lain lakukan, seperti tokoh sejarah atau orang tua. Bahkan termasuk dari sekedar sahabat.
2). Contoh Penggunaan dan Penerapannya:
Contoh kalimat:
” Meski ia telah tiada, gurat pertanda berbuatnya masih terasa dalam kehidupan masyarakat desa ini “.
” Tak perlu bicara besar, cukup gurat pertanda berbuatmu yang jadi saksi siapa dirimu “.
Contoh nyata dalam kehidupan:
Guru desa yang selama puluhan tahun mengajar dengan ikhlas, meninggalkan bekas yang dalam di hati murid-muridnya, itulah gurat pertanda berbuat.
Pemimpin jujur yang bekerja diam-diam tapi rakyat merasakan manfaatnya karena kebijakannya membawa perubahan besar jangka panjang, itulah gurat pertanda berbuat.
Relawan kemanusiaan yang turun ke lokasi bencana tanpa sorotan kamera, tapi bekas perbuatannya menolong sesama tetap terkenang sepanjang hayat.
Ilmu hikmahnya, tiada yang tahu hari esok kita. Maka jangan pernah sekalipun menghakimi masa depan orang lain. Itu ranah Tuhan YME. Termasuk menghakimi akhiratnya. Apa yang kita tanam, itu yang akan kita petik buahnya kelak.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630