Di dalam dunia usaha, pelaku usaha yang dianggap ” gagal permanen ” adalah orang yang menghentikan usahanya. Karena sebuah kerugian, kegagalan, kebangkrutan. Artinya menyerah kalah justru saat pada posisi sangat tidak baik. Bahkan ada yang sakit jiwa atau hingga bunuh diri.
Contoh ;
1. Seorang peternak ikan tawar. Karena harga pakan naik tajam, hingga biaya produksi melampaui kewajaran. Harga pokok produksi (HPP) di atas harga jual. Padahal sudah investasi kolam dan sarana prasarana lainnya. Menyerah kalah tidak mau lagi dan tutup usahanya. Terbengkalai.
Tidak berusaha mencari akal secara kreatif inovatif agar HPP tetap di bawah nilai jual. Misal saja dengan mencari solusi pembiakan Maggot BSF. Toh kadar proteinnya 45% dan media biaknya bisa sampah organik. Dengan begitu, biaya pakan turun saat harga jual ikan di pasar tetap. Berdampak laba tambah.
2. Seorang peternak sapi. Sudah punya karyawan banyak, kandang sapi besar dan sarana prasarananya lengkap. Dibiarkan tutup permanen terbengkalai tidak produktif dengan hamparan lahan hijauannya. Karena berbagai hal dinamika ekonomi makro kebijakan pemerintah, impor daging kerbau, itu misalnya.
Bahkan pemiliknya juga sering termenung sendirian, menyesali atas investasinya. Tiada upaya lagi apapun caranya asal tetap operasional usahanya dan menambah laba serta menambah manfaat hidupnya. Misal, breeding dengan menanam rumput gama umami, pakchong dan zanzibar.
3. Seorang anak muda. Cita – citanya jadi pengusaha. Agar bisa jadi dermawan dengan cara membantu misi kemanusiaan agar kelak selamat. Misal rutin jadi donatur beasiswa, pengobatan massal dan penyantun anak yatim piatu serta pembangunan tempat suci.
Ingin juga bisa mengkaryakan banyaknya pengangguran di masyarakatnya hingga pada jadi TKI di luar negeri. Selalu gelisah ingin jadi bagian yang berkontribusi pemberi solusi konkret lapangan. Atas kesejahteraan masyarakatnya yang terlihat masih kurang. Tiap hari keluh kesah, tanpa lelah mencari kambing hitam yang dipersalahkan.
Tapi fakta keseharian hanya meratapi nasibnya ” merasa ” kok tidak punya modal banyak, tidak punya waktu, tidak punya ilmu maupun pengalaman, bukan keturunan keluarga pengusaha. Seribu alasan agar tidak memulai usaha. Itulah belenggu diri sebab gagal permanen.
Padahal yang bersangkutan punya ilmu banyak, karena sudah kuliah hingga sarjana. Bahkan sebagian lulusan pascasarjana. Padahal juga banyak pelaku usaha yang sudah duluan menjalani bisa jadi tempat bertanya dan tempat meniru. Toh pasar pangan di Indonesia sangat besar, kurang banyak sekali hingga impor ratusan triliun per tahun.
Saya jadi ingat nasihat bijak dari Guru Malamku, saat saya bangkrut termenung karena tidak ikhlas. Beliau berpesan ;
” Jika kamu berhenti tanpa bergerak lagi. Tanpa mencari akal agar kembali seimbang. Karena ujian menghadapi kebangkrutan usaha. Sama artinya menyiapkan diri jadi gagal permanen. “
Saat merugi karena alam, tertipu atau salah perhitungan. Beliau juga berpesan ;
” Jika kamu selalu berharap, ibarat pohon semua cabang ranting harus berbuah lebat semua, sepanjang tahun berbuah lebat tanpa kenal musim. Justru itulah sesungguhnya gagal permanen, karena kurang bijaksana. “
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630