Artikel ini hanyalah bersifat fiksi ilustrasi belaka. Bukan kejadian sebenarnya walaupun potensi terjadinya di negeri ini yang serupa sangat lazim dan banyak. Jika ada kesamaan dengan empirik seseorang hanya kebetulan saja.
Artinya bahwa artikel ini hanya hiburan saja walaupun mengandung banyak ilmu hikmah. Pembelajaran mawas diri di lapangan saat ini. Implementasi ilmu teori di lapangan, cipta kondisi kolaborasi antara pebisnis dengan oknum birokrasi.
Presiden Jokowi tahun lalu saat Pembukaan Musyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Real Estate menuturkan bahwa Indonesia kekurangan rumah rakyat sebanyak 12,7 juta unit. Ini peluang emas bagi pebisnis.
Sebuah kelompok tani 100-an orang. Bertani padi, palawija dan hortikultura di pinggiran kota. Luas 300-an hektar. Ditawarkan ke perusahaan pengembang properti tidak laku. Karena masih kawasan hijau pertanian. Bukan peruntukan pemukiman.
Mr X, punya ide bisnis perumahan dan pertokoan di lahan 300-an hektar tersebut. Menjabarkan peluang yang dituturkan oleh Presiden Jokowi, kurang rumah rakyat 12,6 juta unit. Dibeli harga Rp 100.000/meter atau total Rp 300 miliaran luas 300-an hektar.
Cipta kondisi bersinergi.
Cipta kondisi bisa ketemu di Jakarta, karena lokasinya di daerah, bersama 2 Pejabat Daerah. Keduanya dapat gratis mobil Pajero baru. Dengan komitmen bahwa lahan pertanian 300-an hektar akan diubah jadi kawasan pemukiman dari peruntukan pertanian.
Ternyata tidak butuh waktu lama hanya 3 bulan sudah beres. Kawasan tersebut berubah jadi peruntukan perumahan. Bukan itu saja, lahan dibelah Pemda dengan APBD oleh Pejabat tersebut, jadi jalan umum dan diaspal, setahun kelar. Modal Rp 1,1 miliar wujud 2 unit Pajero.
NJOP dinaikkan.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) spontan dinaikkan jadi Rp 300.000/meter. Setara Rp 900 miliar jika luas 300-an hektar. Agar tidak kena banyak biaya dibuatlah perumahan tiap 2 hektar agar izin amdal dan lainnya, tidak sampai Jakarta.
Agar cepat banyak penghuni dibangun rumah subsidi pemerintah type 36/120 untuk hanya 2 hektar. Dapat terbangun 130 unit. Karuan laris manis seperti jual kacang goreng. Karena jalan aspal dan PLN ada, PDAM juga ada.
Menunai nilai komersil.
Karena sudah mulai ramai dibangunlah ruko agar dapat nilai tambah lebih. Luas satu hektar saja. Termasuk fasilitas komersil lainnya. Agar jadi daya tarik tersendiri. Program ini pun juga dapat sambutan pasar yang meriah.
Lahan sisanya dibangun rumah menengah type 45/150, ini juga laris manis. Sekalipun harga tanah sudah berubah dari Rp 100.000/meter setara Rp 1 miliar/hektar, jadi Rp 500.000/meter atau setara Rp 5 miliar/hektar. Padahal masih 290-an hektar, sisa dipakai jalan dan rumah subsidi.
Jika dikalkulasi. Dengan segala dukungan pejabat Pemda harga naik terus. Bisa jadi Rp 1 juta/meter luas 290-an hektar setara dengan nilai kapital produktif Rp 2,9 triliun. Padahal modalnya hanya Rp 300 miliar plus 2 unit Pajero saja. Selain dapat nilai kapital besar, masih dipuji – puji dianggap berjasa besar.
Ilmu hikmahnya bahwa ide bisnis (intuisi) sangat penting. Tapi lebih penting lagi jika mampu mengimplementasikan di lapangan, barang murah bisa diubah jadi mahal. Bukti bahwa sentuhan mikro emosional, bisa berdampak jadi makro rasional berpihak nyata.
Pejabat pembuat kebijakan besar, jatuh moralnya hanya karena mobil Pajero saja. Jika hanya kelompok tani saja, tiada didengar sampai kiamat tiba. Tapi karena orang berkapital bisa membelikan Pajero, selesai dengan cepat, walaupun melanggar UU dan Peraturan.
Terkandung juga ilmu pemasaran. Mampu menjabarkan ajaran ” cari, temukan dan penuhi ” apa maunya pejabat (mitra) yang berwenang. Yaitu maunya Pajero. Mampu juga menjabarkan ” create interest/cipta daya tarik ” pasar dan pejabat mitranya.
Caranya dibelikan Pajero, dibangun dulu rumah subsidi yang dikeluhkan Presiden Jokowi. Padahal hanya sebagian kecil yaitu 2 hektar saja. Itu dikorbankan demi misi besar 290 hektar komersil harga berlipat – lipatnya. Dapat nilai tambah makin besar jangka panjang karena fasilitas gratisan kolusi.
Salam Mawas Diri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630