Sungguh saya patut bersyukur pada tanggal 25 September 2024 dapat kunjungan kerja dari Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Kerjasama antara Kementan dan Fak. Peternakan UGM Yogyakarta. Rombongan.
Di usaha peternakan sapi saya, BJA Farm Pusat Hilirisasi Inovasi Ekonomi Sirkular Nol Limbah dan Balai Diklat Agropreneur Pangkalan Bun Kalteng. Apalagi langsung oleh Prof Nafiatul Umami, Inovator Gama Umami rumput/hijauan pakan ternak.
Sekalipun saya tidak mendampingi karena sedang di Cibubur Jabar, bukan sedang di kebun dan kandang sapi di Pangkalan Bun Kalteng. Beritanya, rombongan pada happy melihat sapi lahap makan limbah sawit bungkil dan solit. Apalagi banyak pedet. Pas juga ada sapi sedang beranak.
Keliling kebun Gama Umami sebagai lumbung pakan sapi BJA Farm 20 hektaran. Selain itu juga uji potensi, ubin 1 meter persegi ternyata umur Gama Umami 60 hari bisa dapat 32 kg. Disaksikan oleh rombongan, saat uji potensi sekaligus uji brix dengan dikunyah di lapangan.
Jika dapat 32 kg/meter, setara 320 ton/ha, tapi umur 60 hari. Berarti 6 kali panen pertahun bisa 1.800 ton/ha. Jika dianggap hanya 1.500 ton/ha/tahun. Berarti harga pokok produksi (HPP) hanya Rp 23/kg, karena biayanya Rp 35 juta/hektar. Ini tentu sangat murah karena kadar Protein Kasar 17%. Berkat Inovasi !
Artinya memelihara sapi indukan 400 kg/ekor jika rasionya hanya Gama Umami butuh 10% dari bobot hidup. Maka hanya butuh 40 kg x Rp 23/kg = Rp 1.000/ekor/hari. Padahal feses kering angin tiap hari dapat sekitar 15 kg dan Urine 10 liter. Setara pupuk Rp 15.000/ekor/hari, jadi remis.
Tahun 2019, saya meneliti selama 6 bulan di kandang sapi saya. Jumlah sapi 70 ekor. Target riset menemukan potensi pupuk dalam setahun didapat dari feses dan urine sapi. Kesimpulan feses kering angin dapat 10 sd 12 kali bobot hidup/tahun. Urine 8 sd 10 kali bobot hidup/tahun.
Tahun 2020, kembali saya melakukan penelitian. Uji mutu proksimat dan uji potensi pada lahan mutu sama, dengan beragam varietas hijauan pakan ternak berbasiskan inovasi hasil penelitian. Saya menanam Zanzibar, Pakchong, Gama Umami, Biogras dan Odot.
Kesimpulan bahwa antara Gama Umami, Zanzibar, Biogras dan Pakchong relatif sama potensi biomassa dalam luasan sesama sehektar. Kadar protein kasar juga relatif sama 17%. Tapi demi Inovasi Asli Indonesia dari UGM Prof Nafiatul Umami maka saya kembangkan Gama Umami skala luas. Hingga sekarang.
Perlakuan saat menanam. Sebelum saya traktor lahan saya dihampar/tebar 20 ton feses dan dolomit 200 kg, lalu disemprot biang mikroba formula saya Bio Extrim dan Hormax 10 liter saja. Banyak dijual di Google atau bisa hub David HP. 081219929262 atau Reni HP. 087781889797 staf saya di pabrik. Bisa beli curah jerigenan agar murah.
Lalu ditraktor dibiarkan selama 2 minggu agar mikroba dari Bio Extrim berbiak dulu. Barulah ditanam benihnya batangan ditidurkan seperti tebu. Jarak 40 cm antar lonjoran. Umur 45 hari sudah 1 meteran tingginya. Akan makin sempurna pertumbuhan Gama Umami, jika urine atau air sisa cuci kandang untuk nyiram jadi pupuk. Makin bongsor.
Ilmu hikmahnya, bahwa Gama Umami bagi saya sangat tepat jadi tumpuan sumber hijauan pakan sapi. Karena protein kasarnya 17% di atas SNI dan biomassa bisa 1.500 ton/ha/tahun. Padahal biaya hanya Rp 35 juta/hektar. Sehingga HPP hanya Rp 35 juta : 1.500 ton = Rp 23/kg Gama Umami.
Inilah contoh konkret bahwa misi BJA Farm di Pangkalan Bun Kalteng. Sebagai Pusat Hilirisasi Inovasi Ekonomi Sirkular Nol Limbah. Biokonversi. Sekaligus Balai Diklat Agropreneur. Tentu saya selaku pemilik BJA Farm mengucapkan terima kasih kepada UGM Yogyakarta utamanya Prof Nafiatul Umami sebagai Inovatornya.
Saya juga berterima kasih kepada seluruh Rakyat Indonesia yang telah mendanai semua penelitian Gama Umami dan lainnya. Karena penelitian tersebut berasal dari APBN, sumbernya dari pajak Rakyat Indonesia. Berkat inovasi, makin bisa menekan HPP dan kompetitif, semoga jadi daya dorong makin berkembang dunia peternakan Indonesia dan bermanfaat.
Niscaya akan meminimalkan stunting kerdil kurang gizi utamanya protein hewani di usia dini. Jayalah Indonesia karena para peternaknya pada inovatif dan hasil penelitian banyak yang dihilirisasikan. Prinsipnya, mau berinovasi atau mati usahanya karena kalah berkompetisi.
Salam Inovasi š®š©
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630