Sesekali mengenang masa lalu sangat penting. Untuk kaji ulang. Sudah seberapa besar proses tumbuh kembangnya dan bagaimana percepatannya. Tidak dibandingkan dengan siapa pun. Karena tidak bersaing dengan siapa pun. Tapi berusaha bermanfaat kepada siapa pun juga.
Kawula muda, berikut ini saya kisahkan betapa indahnya masa kecilku. Sekalipun nakal. Penuh warna karena terlahir di keluarga bersahaja di Banyuwangi Selatan. Kampung kecil berbatasan langsung dengan hutan jati milik PT Perhutani. Pada sebelah selatan, barat dan parsial utara.
Masa kecil sekolah di SD Katolik St. Agustinus Desa Curah Jati. Tiap Senin dan Kamis selalu dapat susu segar gratis. Habis upacara bendera dan apel, baris antri susu hangat. Namanya juga di kampung, banyak yang tidak suka hingga muntah – muntah.
Walaupun sudah dijelaskan betapa sangat pentingnya minum susu oleh Guru saat upacara, apel dan di dalam kelas saat pelajaran. Klasik, tiap kali ada yang tidak mau, jatahnya dikasihkan ke saya oleh Ibu Guru. Sehingga porsi jatahku beda jauh dari lainnya.
Begitu juga saat SMP dan SMA dapat susu gratis. Karena Bude saya, jadi petugas di Balai Desa. Tugasnya di antaranya membagikan susu gratis bantuan dari WHO, Organisasi Kesehatan Dunia. Karena banyak yang tidak mau akhirnya susu bubuk tersebut mengeras sebesar bola voli.
Saat SMP dan SMA, saya kos masak sendiri merantau jauh dari rumah. Jadi langganan saya tiap sarapan. Selalu didampingi susu tersebut. Nikmat. Walaupun harus dikerok dengan sendok makan dan pisau dapur baru direbus. Disiplin. Hal wajib. Ketagihan. Menyenangkan sekali.
Ilmu hikmah yang saya dapatkan, setelah dewasa dan usia tua, terasa sangat bermanfaat. Cukup saya yang merasakan, tidak usah saya utarakan. Yang pasti banyak manfaatnya. Karena itulah sejak anak lahir saya sangat serius perhatian hal mutu pangan.
Saya juga menuai hasil dari apa yang saya investasikan tersebut ke anak – anak dulu masa kecil. Sangat terasa setelah anak – anak pada studi baik menempuh sarjana, maupun pascasarjana. Pengalaman ini selalu saya ulang – ulang tiap ketemu karyawan agar serius perhatian mutu pangan anak – anaknya.
Karena pada hakikatnya. Generasi yang gagal adalah generasi yang gagal menyiapkan generasi penerusnya. Generasi yang sukses pada sebuah bangsa adalah generasi yang sukses menyiapkan generasi penerusnya lebih baik lagi. Ini hal sangat prinsip.
Hal stunting 37,2% (2013), saat ini 21,6% (BPS) adalah tugas kita bersama, mari ambil peran. Ibaratnya, kita di dalam ruangan terasa pengap dan gelap, sebaiknya ikut menyibak tirai dan membuka jendela agar sehat. Dari pada hanya mengutuki keadaan. Itu limbah waktu.
Tua itu pasti, tapi jadi dewasa belum tentu dan pilihan sifatnya. Tergantung kita sendiri.
Salam Peduli 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630