Tue. Jun 24th, 2025

Empiris, puluhan kampus yang pernah saya kunjungi. Kuliah umum entrepreneurship. Tiap kali ditanya siapa yang mau jadi pengusaha atau pebisnis, selalu 100% angkat tangan serentak minat. Selaras data Startup Indonesia yaitu sebanyak 2.346 startup, terbanyak ke 4 sedunia. Mengalahkan Perancis dan Jerman.

Begitu juga saat ada seminar, sering saya tanya ke peserta, apa alasannya belum jadi pebisnis. Kok masih mau ikut seminar entrepreneurship. Jawabnya 90% karena tidak punya modal. Selain tidak tahu caranya, bagaimana memulainya, tidak punya mentor dan alasan lainnya.

Sisi lain lagi, sudah terlalu banyak data startup gagal. Sekalipun latar belakang pendidikan formalnya sudah tinggi. Sekalipun sudah dapat dana hingga ratusan miliar dari investor justru jadi ludes. Menyisakan utang jumlah besar, karena kerugian, selain korban PHK karyawannya.

Ilmu hikmah dari fenomena di atas apa yang bisa diambil jadi bahan pembelajaran kita. Data fakta empiris ini bisa dikompilasi lalu dianalisa jadi sebuah hipotesa atau bahkan kesimpulan sangat berharga. Karena banyak orang ” mengaku bisa “, tapi ” belum bisa ” membuktikan kemampuannya.

Sesungguhnya apa sebabnya para perintis usaha banyak yang gagal. Keinginan minat jadi pebisnis ada bahkan 100% dari peserta kuliah umum. Ilmu sudah punya karena lulusan perguruan tinggi. Modal juga sudah banyak sekali dari investornya dan beragam fasilitas lainnya.

Pengalaman saya pribadi, merintis usaha sampingan selain jadi Prajurit Militer tahun 1995. Artinya memanfaatkan waktu di luar dinas dan memakai potensi orang lain. Artinya tidak punya otak pintar, tenaga, waktu dan lainnya. Maka memakai milik orang lain. Artinya peran saya intuisi dan leadership saja.

Yang berawal dari modal Rp 100.000, itu pun dana utangan dari Primkopad Rindam I/BB Pematang Siantar Sumut. Yang sesungguhnya utangnya Rp 700.000, peruntukannya Rp 400.000 untuk beli vespa tahun produksi 1964 dan Rp 200.000 amplop ucapan terima kasih ke dokter obgyn telah menolong anak saya pertama lahir.

Walaupun pernah berulang kali tertipu, rugi, gagal bahkan bangkrut. Hingga tahun lalu pun masih merugi kena banjir nilainya puluhan juta. Tapi kumulatifnya masih jauh dari awalnya dulu. Setidaknya ratusan orang bisa kerja pada usaha saya, ratusan juta anggaran gajian tiap tanggal 30 dan tanggal 10 bulan berikutnya.

Begitu juga, banyak sahabat saya sesama pelaku usaha. Mereka yang cipta lapangan kerja untuk karyawannya ratusan orang, membayar pajak rutin juga miliaran memperkuat APBN dan punya aset produktif ratusan miliar. Bukan alumni kampus hebat atau karena ada investor puluhan miliar rupiah pada awal usaha.

Ini catatan sangat penting bagi calon pelaku usaha, kawula muda. Pada hakikatnya ada pada kemauan keras untuk berani memulai dibarengi senantiasa mau membekali diri dalam arti luas. Baik kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan rasional. Semua sama penting, harus imbang. Kisahnya, jadi sumber ilmu hikmah.

Nah, ilmu hikmah dari langkah nyata yang dilakukan dan dilakukan orang lain. Itu sesungguhnya sangat bernilai. Yang paling bernilai lagi jika bisa konsisten bergerak berubah agar dapat keseimbangan. Hanya dengan ada keseimbangan maka sepeda akan bisa jalan dan harus tetap berjalan agar seimbang produktif.

Menjalankan usaha, sama persis dengan naik sepeda motor. Kalau berhenti maka roboh tidak produktif. Apalagi saat berhenti pada posisi jalan becek terpatar. Merugi, gagal dan bangkrut. Makin tidak produktif lagi. Harus cepat bergegas jalan lagi. Jangan berhenti hanya karena merugi. Inilah penyakit yang sering menghinggapi perintis bisnis.

Kata kunci, sesungguhnya kita adalah gembala atas badan kita sendiri. Jika kita tidak mampu jadi gembala yang baik yang benar, itulah masalah utama pertama yang sesungguhnya. Bukan soal ilmu tinggi, modal investor yang banyak, fasilitas yang serba lengkap dan faktor lainnya.

Ibarat kita mau jadi pembalap hebat, tidak harus langsung dengan Harley Davidson yang super mahal. Pakai saja yang ada dulu. Disyukuri yang ada. Pembatas adalah batu ungkit bangkitnya. Jika sudah mahir baru silahkan sesuaikan kemampuan terukurnya, mau pakai Harley Davidson bukan masalah agar makin terasa nikmatnya jadi pembalap.

Begitu juga merintis bisnis. Selamat jadi ” Gembala Badan ” diri sendiri. Awali pada kesempatan pertama, tetap melangkah jangan berhenti agar dapat keseimbangan produktifnya. Do’a ku di nadimu Kawula Muda.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *