Mon. Jun 23rd, 2025

Berikut ini saya berkisah pengalaman pribadi cara mengelola anak – anak dan bisnis agro. Sejujurnya, selama ini sumber pendapatan kami sekeluarga hanya dari usaha tani dan ternak serta formulasi industri pupuk hayati (Bio Extrim dan Hormax).

Ketika saya posting ada sapi ratusan ekor panen pupuk gratis mutu super, feses urine diperkaya biang mikroba Bio Extrim dan Hormax. Agar mutu super. Seminggu dapat 82 truk. Dituang di kebun alpukat, sawit dan durian. Agar murah biaya dibanding NPK impor.

Begitu juga saat posting lagi membangun kandang sapi. Scale up kapasitasnya agar di atas 1.000 ekor sapi dilengkapi rumah potong hewan dan mesin pembuat pentol bakso. Semua dibangun di tengah kebun agar harga pokok produksi (HPP) rendah.

Plus saya tanam rumput hijauan makanan ternak (HMT) hasil inovasi dari UGM Prof Umami, nama rumput ” Gama Umami “. Agar dapat mutu tinggi kadar protein 16% dan biomassa 700 ton/ha/tahun cukup buat 50 ekor sapi limosin. Pupuknya juga kotoran hewan (kohe). Ekonomi sirkular.

Banyak beranggapan karena modal banyak. Tanpa peduli 14 tahun lalu masih nol besar. Sejengkal tanah pun tidak punya. Pasca bangkrut. Berawal numpang tanam buncis dan cabai. Lalu sewa bayar belakangan saat panen. Sewa 21 ha, dijadikan sawah bayar panen.

Ada lagi yang mengatakan. Iya enak karena anak – anaknya sudah lulusan pascasarjana semua. Tanpa sadar bahwa anak – anak 2 pascasarjana dan 1 anak sarjana semua dari hasil bertani dan beternak. Mereka saya persiapkan bukan hanya jadi petani dan peternak saja.

Harapan saya, tidak ada 1 pun anak saya boleh berharap berlebihan banyaknya wujud harta warisan. Secukupnya saja, kalau mau banyak hartanya harus mencari sendiri. Kalaupun ada sebagian buat misi saya bernuansa humanis sosial kemanusiaan. Agar bermanfaat nyata hidup ini.

Kenapa saya terpanggil punya mimpi terus ingin berbuat sesuatu misi sosial kemanusiaan. Misal beasiswa, pengobatan gratis bagi yang tepat operasi katarak, bibir sumbing dan lainnya. Karena saya sadar kuliah dapat beasiswa. Saat masih kecil sakit hepatitis diobati orang lain gratis hingga sehat dari kritis.

Semua anak – anak saya minta minimal pascasarjana S2. ” Mereka tidak harus jadi petani dan peternak semua “. Justru ini harapan saya ;

1. Ada yang mengelola kebun dan industri hilir pasca panennya. Sekaligus jadi inti bermitra dengan masyarakat sebagai plasmanya. Plasmanya buah tropis pisang, alpukat dan lainnya. Agar tumbuh ekonomi kerakyatan maju bersama. Dikelola bersama teman – teman kuliahnya. Cipta lapangan kerja.

2. Ada yang mengelola ternak sapi, rumah potong hewan (RPH) terintegrasi. Bukan lagi menjual sapi hidup. Melainkan daging, sosis, pentol bakso dan lainnya. Lokasinya di dalam kebun. Sekaligus ada ” Balai Diklat Kawula Muda ” bagi semua kampus yang punya target jadi pencetak pengusaha.

Kenapa rumah di Cibubur. Asal Banyuwangi. Tapi membangun usaha di Pangkalan Bun Kalteng. Karena saya melihat Indonesia bukan hanya Jawa saja. Tanah murah subur dan pasar besar masih banyak di luar Jawa. Tentu makin terpenuhi kajian fisibilitas usahanya. Dampaknya pangan nasional ke depan.

Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *