Kawula muda, daya nalar analisis bisnis adalah salah satu ruas terpenting dalam menumbuh kembangkan bisnis oleh pebisnis. Urutannya terlahir intuisi ide gagasan bisnis, daya nalar analisis bisnis dan leadership.
Ketiga ruas di atas satu dengan lainnya selalu tumbuh linier. Mutlak harus dimiliki oleh pebisnis. Itulah sebab seseorang tanpa pendidikan formal tinggi tapi punya banyak staf yang alumni perguruan tinggi hingga pascasarjana.
Bahkan berawal dari nol modal dengkul hingga punya karyawan cipta lapangan kerja ribuan orang. Lokasi bisnisnya di banyak daerah tanpa disentuhpun tetap mengalir produktif. Karena ketiga ruas tersebut.
Begitu juga sebaliknya, banyak orang gagal jadi pebisnis padahal pendidikan formalnya hingga pascasarjana. Pernah jadi pimpinan di perusahaan besar. Tapi tabungannya miliaran ludes habis karena mengawali bisnis. Itu kesimpulan banyak tamu saya, berkisah.
Ilustrasi bisa diambil ilmu hikmahnya ;
Seseorang lulusan pascasarjana, S2 di Kampus Top Mendunia. Melamar pekerjaan di perusahaan saya. Sengaja saya uji sesuai fokus pendidikan formalnya. Saya minta ke lokasi mau cetak kebun luas 300 hektar, di Kalimantan Tengah, 5 tahun silam.
Saya minta agar dibuatkan proposal anggaran, item pekerjaan dan lama selesainya pekerjaan. Beserta infrastruktur dan sarananya. Agar tahu berapa indeks investasi dan kapan kembali modal (ROI) nya. Ternyata kedua pelamar gagal, belum mampu.
Contoh lain lagi, di Banyuwangi. Belum lama ini. Seseorang yang sudah lulus perguruan tinggi dengan cumlaude perguruan tinggi negeri. Menawarkan kerja sama membangun properti, perumahan dan ruko, tidak luas amat 3,6 hektar.
Berharap agar saya mendanai total. Lalu saya tanya kajian pasarnya dari intelijen pasar, kepastian pasarnya yang terikat agar ada dasar membuat produk yang sesuai maunya pasar. Minimal ada komitmen mau dibeli, syukur jika ada tanda jadi (DP).
Sehingga fix marketable, cashflow lancar. Selain itu saya minta agar dibuatkan kajian estimasi cashflow tiap unit rumah, total investasi beserta tiap item pekerjaan dan berapa lama akan selesai proyeknya, laku terjual semua. Ternyata gagal juga.
Padahal itulah kata kunci, kajian pra investasi setelah ada ide bisnis mau membuat proyek sendiri. Padahal itulah dasar analis perbankan melihat fisibilitasnya. Bankable atau tidaknya. Sekalipun tanpa bank, mutlak harus ada hasil dari daya nalar analisis bisnisnya.
Kawula muda, dari kedua contoh di atas menggambarkan betapa sangat pentingnya kajian perencanaan yang sedekat mungkin dengan apa yang akan terjadi. Sehingga resiko mudah dikelola agar minimal, sekalipun tanpa harus diawasi pemiliknya, tiap hari.
Kisah di atas juga menggambarkan betapa sangat pentingnya arti ” banyak pengalaman ” mengelola bisnis. Dalam bahasa Jawa, Tinemune ilmu kanti laku, ketemunya ilmu jika sudah dijalani. Proses jatuh bangun, adalah proses pembekalan ilmu bisnis sejatinya.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630