Daya nalar analisis, faktor penting yang harus dimiliki oleh pelaku usaha. Selain karena punya kecerdasan juga harus membiasakan diri menganalisa agar terampil daya nalar analisisnya. Bisanya karena terbiasa, tajamnya karena terasah.
Contoh sederhananya, melihat portofolio bahwa pertumbuhan permintaan daging sapi Indonesia tumbuhnya 6,4%/tahun, tapi pertumbuhan pasokan dari produksi daging sapi Indonesia hanya 1,3%/tahun.
Itu saja, sudah bisa di ” break down ” lebih dalam dan luas. Apa yang terkandung peluang dan ancamannya. Percepatan menghitung perspektif yang akan terjadi di masa depan, itulah bagian dari daya nalar analisis.
Jika daya nalar analisis tersebut terus difokuskan pada peluangnya. Maka akan terurai juga seberapa besar pesaingnya dan seberapa besar bisa melakukan langkah penetrasi pasar agar dapat porsi dari potensi pasarnya.
Begitu juga daya nalar analisis pada ruas hulunya. Sebagai dasar kekuatan serangan ke pasar, berkompetisi dengan produk impor. Mampu bersaing atau tidak. Jika mampu, bisa dapat ” profit margin ” berapa persen.
Begitu juga pendekatan biaya produksinya agar serendah mungkin dan secepat mungkin serta semudah mungkin bagaimana caranya. Tapi produktivitasnya sebanyak mungkin. Sehingga saat biaya dibagi hasil, ketemu indeks.
Indeks itulah biasa dinamai harga pokok produksi (HPP). Maka saat biaya murah, hasil berlimpah. Jika biaya dibagi hasil ketemu angka serendah mungkin. Itulah modal pertama utama dalam memenangkan persaingan di pasar.
Labanya terkolektif jadi modal usaha dan investasi dalam ekspansi, terus seperti deret ukur. Bagai bola salju. Menggelinding makin besar. Makin banyak ” multiplier effect ” manfaatnya usaha kita bagi orang lain di sekitarnya.
Pendekatan paling lazim yang banyak dilakukan, selain faktor iklim usaha. Faktor mental selalu berusaha membekali diri agar kreatif inovatif atau kesempatan pertama adaptif dengan hasil – hasil inovasi.
Apa pun itu usahanya, selalu itu solusinya. Jika skala usahanya masih kecil menengah maka dikerjakan sendiri dengan memberdayakan fasilitas negara, misal hasil penelitian di perguruan tinggi atau puslit.
Tapi jika sudah besar, maka dibangun divisi riset dan pengembangannya. Itulah yang akan jadi ” mata dan telinga ” yang melihat peluang hari ini dan masa depan. Dengan daya nalar analisis, harapannya akan memacu tumbuhnya usaha.
Tinggal ” Kawula Muda ” agar sedini mungkin. Membiasakan diri daya nalar analisisnya. Sekali lagi, terbentuk tingginya refleks terampil karena diulang – ulang, salah itu pasti, diulangi dengan pembenahannya.
Ibaratnya, jika mimpi membangun ” Candi “. Segera tentukan candimu, cari batu batanya langsung ditata, fokus dan konsisten berusaha mewujudkan ” Mimpi Candi ” nya. Cepat lambat niscaya terwujud.
” Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Caka 1945, Semoga Pikiran, Perkataan dan Perbuatan Kebajikan Menghiasi Indahnya Dunia Ini. “
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630