Thu. Nov 14th, 2024

Prevalensi stunting kerdil karena malnutrisi pada balita saat ini 21,4%, tahun 2013 sebanyak 37,2%. Masih tertinggi ke 2 di Asean dan ke 5 di Dunia. Ini sebab utamanya karena kurang asupan protein hewani. Salah satu alternatif solusinya harga daging harus murah, mudah diakses dan selalu ada.

Sayangnya daging sapi belum swasembada. Jumlah impor daging kerbau, daging sapi dan sapi hidup setara dengan 2,1 juta ekor sapi jantan 350 kg/ekor/tahun. Karena pertumbuhan permintaannya 6,8%/tahun, tapi pertumbuhan produksi nasional hanya 1,3%/tahun. Wajar jumlah impor makin meroket.

Solusinya pembiakan sapi di Kalimantan sentranya pakan murah berlimpah. Breeding is leading. Jumlah produksi yang melampaui kebutuhan di Provinsi NTT, NTB dan Jatim anakan yang betina sebagian dikirim ke Kalimantan agar ada semangat laba didapat oleh peternak dan impor sapi bunting 5 juta ekor.

Cara ternak sapi breeding agar harga pokok produksi (HPP) nol. Tentu harus inovatif dan integratif. Inovatif artinya pakannya bermutu, jumlah berlimpah dan harga murah yaitu menanam hijauan pakan ternak Gama Umami dari UGM Yogyakarta. Kadar protein 16%, biomassa bisa 700 ton/ha/tahun.

Kebutuhan Gama Umami layu angin sebanyak 10% dari bobot hidupnya. Jika sapi indukan 350 kg, maka butuhnya 35 kg Gama Umami layu angin per hari atau 12 ton/tahun. Artinya Gama Umami intensif luas 1 hektar bisa buat 50 ekor indukan, 700 ton : 12 ton/ekor/tahun = 50 ekor sapi indukan 350 kg.

Biaya produksi Gama Umami sekitar Rp 35 juta/ha. Harga pokok produksi Rp 35 juta : 700 ton = Rp 50/kg Gama Umami. Artinya biaya pakan sapi indukan hanya 12 ton/tahun x Rp 50/kg = Rp 600.000/ekor/tahun. Indukan sapi 50 ekor hanya dengan biaya pakan Rp 35 juta/tahun. Sudah dapat pakan sesuai SNI mutunya.

Sebaliknya, feses kering angin dari 12 ton pakan sapi per ekor indukan dapat 10 – 12 kali bobot hidup. Jika 350 kg maka dapat 3,5 – 4 ton feses kering angin per tahun. Ini hasil riset saya tahun 2019, sebanyak 70 ekor sapi selama 6 bulan. Selain itu masih dapat urine 8 – 10 kali bobot hidup sapi, setara 2.500 – 3.000 liter/tahun.

Artinya jika feses dihargai Rp 1.000/kg setara dengan dapat omzet Rp 4 juta/ekor/tahun. Jika urine dihargai Rp 500/liter dapat omzet Rp 1,5 juta/tahun. Total omzet dari limbah diangkat jadi komoditas pupuk senilai Rp 5,5 juta/ekor/tahun. Agar jadi pupuk super duper biasa saya semprot biang mikroba Bio Extrim, Bomax dan Hormax.

Tenaga kerja, biasa saya membuat anggaran gajian Rp 60 juta/orang/tahun. Dengan tanggung jawab mengelola sapi 70 – 80 ekor indukan sapi per orang. Artinya biaya upah tenaga kerja hanya setara dari omzet feses urine 12 ekor sapi, sudah mumpuni. Masih punya sisa omzet feses urine dari 68 ekor indukan sapi.

Agar feses urine mutu super duper karena diperkaya mikroba penambat N yaitu Azospirillum, Azotobacter, Rhizobium. Mikroba pelarut P dan K pengganti SP36 dan KCl yaitu Pseudomonas, Bacillus. Mikroba biocontrol Trichoderma dan Aspergillus Niger. Semua ada di dalam Bio Extrim dan Bomax.

Agar mudah dipasarkan dengan pasti (marketable) maka ternak sapi di tengah kebun. Agar seimbang antara kebutuhan pupuk maka indeksnya 5 ekor sapi indukan dengan 1 hektar, agar dapat 20 ton feses urine/ha/tahun. Maka pupuk NPK kimia hanya butuh 25% dari rekomendasi Pusat Penelitian (Puslit).

Dengan begitu ternak sapi adalah usaha paling menjanjikan. Marketable. HPP Nol. Kebun makin lestari karena dapat 20 ton feses/ha/tahun tentu C Organik terjaga 4% dengan CN Rasio sekitar 15 – 25. Mikroba flora fauna berbiak membantu petani. Hasil besar dan bermanfaat bagi orang banyak. Hasil tani sehat. Alam lestari.

Bagi yang minat biang mikroba curah murah meriah, Bio Extrim, Hormax dan Bomax bisa hubungi Reni HP 087781889797 atau David HP 081219929262.

Salam Inovatif 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *