Semalam seharian tadi, saya mengikuti dengan seksama Diskusi Kebangsaan di Jakarta Selatan. Yang dihadiri oleh banyak tokoh nasional. Diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Unair dan Rektor Unair Surabaya.
Pokok – pokok pikiran yang disampaikan ” sangat bermutu ” berdaging semua. Saya selaku praktisi bisnis agro inovatif, sungguh memberi apresiasi yang tinggi. Konkret kontribusi buah pikir dari para ilmuwan maupun pejabat negara.
Rektor Unair Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak., memaparkan indikasi negara maju pendapatan per kapita minimal USD 12.000 padahal kita saat ini baru sekitar USD 5.000. Kemiskinan 2% padahal saat ini masih 9,36% dan indeks pembangunan manusia minimal 85.
Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA Ketua MWA – ITS Surabaya, Mantan Mendikbud RI, dari PBNU menyampaikan indikatornya negara maju berpendidikan, bersih dan berakhlak. Diparetokan 20/80, 20% saja memenuhi itu setara 80% dari penduduk Indonesia.
Prof. Hilman Latief, MA, Ph.D. dari PP Muhammadiyah, yang punya perjalanan panjang studi di Amerika Serikat dan Belanda, menyampaikan hendaknya pendidikan ” tidak hanya ” dilihat secara formal saja. Di banyak negara maju juga seperti itu.
Dr. Solikin M. Juhro Asisten Gubernur Bank Indonesia, mengingatkan jika mau memicu percepatan jadi negara maju tahun 2034, mutlak harus inovatif. Sumbernya di Perguruan Tinggi, hingga implikasinya dirasakan oleh masyarakat luas.
Dr. H. Sunarto, S.H., M.H, Wakil Ketua Mahkamah Agung menyampaikan bahwa pondasi pendidikan dan pembangunan bangsa agar maju, hukum jadi panglimanya. Pendidikan untuk dapat ilmu, bukan nilai. Agar para koruptor bukan alumni Perguruan Tinggi semua.
Dr. (H.C) Hj. Khofifah Indar Parawansa, selaku Ketum Ika Unair, diskusi ini sangat kualitatif dan komprehensif. Kita optimis bisa 2034 jadi negara maju. Tuhan meridhoi prasangka optimis kita. Jatim kontribusi manufaktur 35%, sudah seperti negara maju.
Waktu saya ngobrol kecil dengan peserta dan insan pers. Pandangan saya selaku ” praktisi bisnis pangan “, bahwa kita melihat Indonesia ke depan harus melihat data fakta hari ini apa adanya. Secara holistik seutuhnya, tidak bisa parsial saja.
Banyak aspek yang harus dirajut. Nah rajutan itulah, mesti diurai untuk dicari ” raport merahnya “ di mana, dicari solusinya. Jadi penyusun kekuatan mewujudkan Indonesia Maju 2034. Ingat, soal pangan jadi sebab utama kita tidak kompetitif selama ini.
Misal saja, adanya stunting masih 21,6% padahal syarat negara maju maksimal 5% dan kecerdasan (IQ) rerata kita masih 78,56. Itu semua akibat langsung dari pangan kita belum beres. Buktinya belum beres, ketahanan pangan kita masih di bawah Singapura, Malaysia dan Vietnam.
Begitu juga tingginya angka kemiskinan 25,6 juta, karena banyak pengangguran terbuka yang masih 7,2 juta, itu pun di dalamnya ada 13,3% alumni perguruan tinggi. Begitu juga TKI yang 9,5 juta legal dan ilegal. Ini semua pertanda kurang lapangan kerja. Karena kurang investor (pebisnis).
Dampak lain lagi, pendapatan per kapita masih sangat rendah hanya sekitar USD 5.000 padahal minimal negara maju USD 12.000. Lalu agar tiada banyak pengangguran dan ekonomi tumbuh, kita impor pengusaha (PMA). Karena kita kekurangan minimal 3% lagi setara 8 juta pengusaha lagi.
Artinya perguruan tinggi dituntut agar bisa melahirkan 8 juta pengusaha baru. Agar menyerap pengangguran. Mereka produktif dan tidak miskin atau rentan miskin. Menggerakkan dana masyarakat parkir saat ini di bank Rp 8.600 triliun dan menyerap hasil riset jadi inovasi membumi.
Konkretnya, karena saya praktisi bisnis pangan. Walaupun kelas ” ecek – ecek “, setidaknya telah mengkaryakan 100 orang lebih jadi produktif. Karena saya investasi inovatif, menyerap hasil riset UGM misal Rumput Gama Umami Pakan Sapi dan benih sawit dari Pusat Penelitian. Karenanya ekonomi masyarakat tumbuh dinamis.
Kesimpulan, semua aspek sangat penting. Pangan, pendidikan formal non formal dan hukum. Apalagi karakter. Pendidikan tanpa sebagian terbentuk jadi pebisnis, maka tiada yang menampung teman yang mau melamar kerja. Lalu pendapatan per kapita rendah. Negara sulit majunya.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Bisnis Pangan
HP 081586580630