Fri. Jun 27th, 2025

Wayan Supadno

Indonesia dengan penduduk 278 juta jiwa dan dominan beragama Islam. Ini merupakan potensi pasar yang sangat besar untuk kebutuhan protein hewani rutin untuk mencegah stunting kerdil kurang gizi, utamanya kurang protein hewani. Selain itu Idul Adha, Bulan Ramadhan dan Idul Fitri selalu punya serapan sapi sangat ekstra banyaknya.

Karena besarnya permintaan pasar terhadap sapi, hingga tumbuh 6,78%/tahun. Saat bersamaan tumbuhnya produksi sapi di Indonesia hanya mampu 1,3%/tahun, juga karena ledakan penyakit PMK dan LSD beberapa tahun silam menjadikan populasi sapi selama 10 tahun terakhir turun 2,4 juta ekor (BPS, Sensus Pertanian 2023).

Tentu konsekuensi logisnya. Indonesia rebutan daging sapi untuk beragam produk turunannya. Misal pentol bakso, sate, rendang dan lainnya. Karena langka jadi rebutan maka terbentuk harga mahal lalu inflasi bisa liar. Guna mencegahnya Indonesia impor makin besar saja. Tahun 1985 kita ekor sapi, tapi tahun 2023 impor sapi dan daging kerbau sapi setara 2,5 juta ekor dengan bobot 350 kg/kg.

Jika data fakta empirik di atas dijadikan bahan kajian ekonometrika, memanfaatkan ilmu statistik untuk kepentingan ekonomi. Agar tahu prediksi apa yang akan terjadi dan apa antisipasi yang akan dilakukan sebagai ” peluang usaha ” akan sangat menjanjikan dijalankan. Tinggal bagaimana membuat simulasi bisnis nuansa inovatif agar makin kompetitif. Karena efisiensi tinggi berkat inovatif.

Empirik Ternak Inovatif.

Jika dibuat tabulasi dan kompilasi biaya penyerta. Pengalaman saya pribadi ternyata 65% sumber biaya produksi berasal dari pakannya. Jika diterapkan dalam Hukum Pareto 20/80, maka pakan sapi menempati porsi terpuncak 20% nya. Artinya jika 20% teratasi sama dengan mengatasi 80% dari total masalah ternak sapi. Sebaliknya jika pakan gagal, maka gagal ternak sapinya.

Artinya jika pakan sapi bisa punya berlimpah harga murah mutu sesuai SNI maka sangat berperan penting dan strategis dalam menekan harga pokok produksi (HPP) ternak sapi. Saya mengembangkan inovasi dari UGM Yogyakarta. Biaya Rp 35 juta/ha/tahun dapat 1.800 ton/ha/tahun karena bisa 30 kg/meter dalam tiap 60 hari sekali panen. Indeks Rp 23.000/ton dengan mutu protein kasar 16% sesuai SNI.

Budidaya Gama Umami Rp 35 juta/ha/tahun dapat 1.800 ton/ha/tahun, indeks Rp 23/kg. Padahal kebutuhan pakan sapi jika 100% rumput Gama Umami sekitar 10% dari bobot hidupnya. Jika 400 kg sapi indukan maka 10% dari bobot 400 kg, setara 40 kg/ekor/hari. Maksimal 15 ton/ekor indukan/tahun. Berarti 100 ekor sapi indukan cukup membudidayakan 1 hektar Gama Umami biaya Rp 35 juta/tahun.

Sebaliknya, jika dibuat tabulasi dan kompilasi sumber pendapatan dari ternak sapi. Ternyata feses urine sapi jika diubah anggapan itu limbah dijadikan pupuk organik diperkaya mikroba, misal Bio Extrim, Organox dan Hormax. Ternyata juga masuk 20% dalam Hukum Pareto, mewakili 80% dari pendapatan. Karena feses dapat 3,5%/hari dan urine dapat 2,5%/hari dari bobot sapi.

Artinya jika sapi indukan 400 kg, akan dapat feses kering angin 3,5% setara dengan 14 kg/ekor/hari. Jika dikumpulkan maka akan dapat 5 ton feses kering angin/ekor/tahun. Dengan diperkaya biang mikroba Bio Extrim, Hormax dan Organox hak kekayaan intelektual saya sendiri. Jika dijual Rp 1.500/kg maka setara dapat omset Rp 7,5 juta/ekor/tahun.

Jika dikorelasikan jadi arus kas (cashflow) kasar antara pendapatan dan pengeluaran ternak sapi inovatif dengan hasil inovasi rumput Gama Umami dari UGM Yogyakarta. Akan terbentuk biaya pakan sapi indukan 400 kg bobot/ekor, selama 365 hari/tahun x Rp 23/kg Gama Umami x 40 kg Gama Umami/hari = 340.000/ekor/tahun. Padahal omset Feses Rp 7,5 juta/ekor/tahun.

Ilmu hikmahnya, asal.mau inovatif maka sapi berperan sebagai pabrik pupuk super duper yang sangat menguntungkan karena pendapatan dari pupuk jauh di atas biaya produksi harian perwatan sapinya. Sebaliknya feses yang timbul dari pakan 40 kg Gama Umami kering angin jadi feses (pupuk) sebanyak 14 kg/ekor/hari setelah lewat usus sapi. Masih dapat daging dan anakan sapinya.

Kata kunci bagi kawula muda, mau atau tidak membekali diri agar ” bermental berani mengawali bisnis inovatif ” agar kompetitif. Berbagai buku mengatakan bahwa kesuksesan seseorang jika mau jadi ” pebisnis pencipta lapangan kerja memberdayakan pengangguran ” bukan terletak pada kecerdasan IQ tinggi dengan nilai akademik cumlaude, melainkan dominan terletak pada kecerdasan emosionalnya, pada kemauan kerasnya.

Salam Inovasi šŸ‡®šŸ‡©
Wayan Supadno
Peternak Inovatif
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *