Ada sebuah pesan bijak dalam ilmu pemasaran ” Jika anda mau sukses menjual produk, maka anda harus terlebih dulu bisa menjual diri “. Artinya tampilan reputasi kita harus ” laku ” membuat calon pembeli hormat lalu membeli produk dagangan kita.
Diuraikan, seorang pemasar harus berpenampilan menarik menyenangkan. Bukan menjengkelkan. Beretika dan mumpuni. Pintar dan cakep parasnya, jika menjengkelkan, maka calon pembeli akan membatalkan niat belinya.
Hal penting harus disadari oleh kawula muda bahwa tampilan kita adalah cerminan kesan pertama. Itu kalau di Hukum Pareto kan 20/80, menjadi prioritas pertama utama. Menang kesan pertama setara 20% mewakili 80%, kemenangan dalam transaksinya.
Konkretnya, jika kita mau jumpa dengan calon mitra bisnis. Tapi kesan pertama sudah menyebalkan maka membahas topik bisnis utamanya akan diabaikan. Misal kurang etika, kurang bersahabat, keminter dan lainnya. Korbannya bisnis kita.
Ada lagi pesan bijak ” Jika anda mau jadi pebisnis (pengusaha/entrepreneur) hebat, harus terlebih dulu bisa jadi pemasar yang hebat “. Artinya hampir semua pebisnis hebat, hampir selalu berlatar belakang pemasar hebat juga.
Hasil penelitian dari 10.000 pengusaha hebat, disimpulkan 98% mantan pemasar yang hebat. Karena pemasar adalah ujung tombak cashflow sebuah usaha. Nadi usaha. Pencipta omzet dan laba usaha, sangat penting.
Artinya jika kawula muda mau jadi pebisnis hebat hingga jadi legendaris di tengah masyarakat. Namanya harum sepanjang masa karena kiprah masa hidupnya dirasakan manfaatnya oleh umat banyak. Jalan pintasnya harus jadi pemasar hebat.
Langkah – langkahnya di hadapan mitra bisnisnya ;
Cipta daya tarik.
Ini kesannya mudah. Padahal tidak juga. Banyak orang ganteng gagah atau cantik dan pintar sekalipun dengan tanda gelar akademiknya berjejer di samping namanya. Tapi sikapnya membuat lawan bicaranya mules perutnya dan males.
Karena terlalu tinggi hati. Terlalu keminter. Terlalu merasa cantik. Atau ke GR an lainnya. Akhirnya misi memasarkan gatot (gagal total). Padahal target utamanya mengenalkan, mensosialisasikan/promotif dan deal transaksi.
Paparan nilai jual.
Fase ini tujuannya menunjukkan manfaat dari fakta yang ada. Dengan apa adanya. Selling point of product. Maksudnya kita harus menguasai pengetahuan produk yang mau dijual. Sungguh lucu jika calon pembeli tanya, tapi penjualnya tidak menguasainya.
Harus tahu persis manfaat apa yang akan didapat jika membeli produk kita. Harus tahu perbandingan dengan produk pesaing jika harus disandingkan. Sehingga pembeli dipastikan dapat banyak manfaatnya. Akan sangat fatal jika berbohong.
Kesepakatan transaksi.
Fase inilah yang ditunggu – tunggu setelah kita sebagai penjual berpenampilan menarik. Penuh etika. Bermutu tinggi dalam penguasaan produk. Termasuk kajian manfaat dari biaya yang akan timbul karena produk kita. Lalu sepakat transaksi.
Tiada salahnya kita selaku penjual mengkonfirmasi kepastian sepakat atau tidaknya pada penutup pembicaraan. Jika sudah sepakat transaksi, pastikan tidak mengecewakan. Harus memuaskan. Jika gagal transaksi, jangan ada kesan kecewa agar jumpa lagi suasana harmonis.
Ingat, jangan hanya sekali mengucapkan terima kasih. Jangan lupa nitip salam buat yang dicinta. Ini bumbu penyedap pengingat jangka panjang. Selamat mencoba, semoga bisa jadi pemasar hebat agar jadi jalan pintas mewujudkan mimpi jadi pengusaha hebat legendaris.
Doaku di nadimu, kutunggu suksesmu ciptakan lapangan kerja jumlah banyak. Jadi manusia bermanfaat bagi orang lain.
Salam Mandiri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630