Tahun 1995, pertama kali saya mengawali bisnis di luar jam dinas. Sekalipun dinasku sangat sibuk dan disiplin. Tapi apa pun alasannya saya harus bisa bisnis, mencari ” rezeki halal ” untuk masa depan keluargaku.
Saat itu pangkat Letda, sebagai Dantim Keslap Dodiklatpur dan Guru Pelatih Militer Rindam l/BB Pematang Siantar Sumatera Utara. Sering kali mengikuti latihan militer di hutan, kebun teh dan kebun sawit milik PTPN IV.
Rentang waktu tahun 1995 s/d 2000. Objek bisnisku karung bekas, limbah kayu teh peremajaan, cangkang sawit jadi steam boiler pabrik kertas raksasa, batu kapur, pinang diekspor, ikan mas, beras, pembesaran tanaman hias dan sekam padi.
Saya bentuk Tim Pengelola Usaha. Agar dinasku tidak terganggu. Rezeki halal dapat, setidaknya deposito Rp 6,7 miliar. Pangkat naik tepat waktu terus. Terpenting bisa terpercaya oleh Komandan dan bisa atensi moril materiil ke anggota/pasukan cara halal.
Sebuah kisah, saya bisnis karung bekas. Sebagai supplier ke Kilang Padi, harga 50% dari baru agar mereka hemat saat panen padi di sawah. Ide gagasan bisnisku awalnya janggal tapi lambat laun ketagihan. Karung bekas saya beli di PTPN Kebun Teh.
Karung bekas beras jatah karyawan dan pupuk. Rutin jumlah besar. Karena sebelum saya tiada yang memanfaatkan jadilah menggunung di gudang. Saya beli, diizinkan asal bukan nama pribadi. Lalu saya numpang Primkopad Rindam l/BB.
Deal sepakat dengan Ketua Primkopad, saya diwajibkan membayar Rp 1 juta/kebun. Atensi pasca proyek ke Ketua Rp 1 juta juga, itu pun katanya kebanyakan. Karena labaku ratusan juta. Kebun Marjandi, Bah Butong, Bah Birong Ulu dan Sidamanik. Semua di Pematang Siantar.
Saya masih pura – pura bodoh saja. Pura -pura miskin saja. Memakai Vespa Kuno jadi tertawaan orang banyak tidak apa, ” Sing penting nyatane “. Tiap Komandan tanya siapa cocoknya jadi Ketua Primkopad, tentu jawabanku sosok yang bisa membantuku. Bisa melancarkan bisnisku.
Sering kali telingaku mendengar pujian dari Komandan, katanya Perwira yang loyal dan ngembang. Karena disiplin ikut latihan terus, padahal saat latihan luar selalu saya sambil cari peluang usaha di PTPN misal cangkang sawit dan karung bekas. Asal halal saja.
Saat penutupan latihan militer, malam hari kadang saya belikan kambing dana pribadi. Untuk disate makan bersama. Nikmatnya luar biasa, apalagi sambil dengar banyak ucapan terima kasih dari sesama rekanku sesama Prajurit Pelatih Militer.
Para Pejabat terkendali oleh saya saat itu. Baik Danton, Danki, Danyon di Rindam tersebut. Karena saya dekat mesra terpercaya oleh Komandan Rindam. Karena bisa disiplin tapi juga berkontribusi rutin untuk membangun jiwa korsa semangat kebersamaan.
Terasa nikmat sekali jadi Perwira Militer saat itu. Pejabat yang mau jadi Ketua Primkopad, hemm full happy. Kasnya tambah, rekening pribadinya juga saya tambahi. Padahal itu jumlahnya, ibarat hanya ranting saja.
Cabang dan batang tentu hak saya yang punya usaha. Walaupun saya jualnya, bayar duluan sebelum karung bekas diantar ke Kilang Padi. Artinya saya pun Nol Modal. Yang menghitung Para Stafku Sarjana. Tim Suksesku.
Ilmu hikmahnya, mungkin saat ini di atas sana. Para Pemimpin Negeriku ini. Tak jauh beda dengan pola saya dulu. Hanya beda skala, beda komoditas dan beda waktu maupun tempat. Esensinya dapat atensi ranting saja, sudah pada girang.
Tapi pelaku bisnis impor pangan dan lainnya yang dapat cabang dan batang, itu pun dihujani pujian. Karena dianggap sangat berjasa. Entahlah, saya cuma petani peternak saja. Hanya berusaha konsisten berbuat agar negeriku pangannya berdaulat.
Pengangguran, stunting dan kemiskinan tiada lagi. Pajak dan devisa bisa makin besar lagi. Lahan terlantar agar berkurang lagi. Impor pangan juga tiada lagi, malu. Itulah perjuangan upaya kami sebagai praktisi agribisnis inovatif. Ehm !
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630