Mon. Jun 23rd, 2025

Investasi artinya menanamkan modal jumlah tertentu oleh pemerintah, pengusaha atau perorangan agar produktif jangka panjang, dapat laba dan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Investasi cara efektif mendorong kemajuan sebuah bangsa. Karena memberikan efek domino sangat banyak.

Efek domino tersebut di antaranya pertumbuhan ekonomi tinggi, menyerap pengangguran non produktif jadi punya daya beli, menyerap hasil penelitian agar jadi inovasi membumi, membendung impor dan cetak devisa, membayar pajak jumlah besar jangka panjang untuk APBN/APBD dan lainnya.

Karena investor sangat penting perannya, hingga banyak pemimpin negara manapun berusaha mengundang pengusaha agar mau investasi di negaranya. Total investasi idealnya minimal 80% dikontribusikan dari swasta dan maksimal 20% dari APBN/APBD. Jika swasta belum 80% pertanda belum baik kinerja pemerintahnya.

Sering kali ada proses kolaborasi bisnis untuk bersinergi dalam investasi. Ibaratnya, jika kita jalan kaki mau menyeberang jalan sendirian takut. Maka sebaiknya membentuk tim agar saling mengingatkan dan melindungi. Ibaratnya lagi, dibandingkan sembahyang sendirian lebih baik ramai – ramai (berjemaah) agar pahalanya berlipat.

1). Cetak Kebun.

Punya lahan kosong terlantar puluhan tahun tidak produktif makin tandus. Mau cetak kebun sendiri tidak punya ilmu dan pengalaman serta modal. Maka melakukan kontrak bagi hasil berbagi saham dengan ahlinya yang berpengalaman panjang sebagai petani inovatif sebagai pencetak kebun.

Dikaji biaya investasi dan nilai lahan lazim di sekitarnya, lalu dibagi sesuai proporsinya.
Endingnya, walaupun luas kebunnya tinggal 40%, pada 4 tahun berikutnya setelah berbuah produktif dapat hasil tiap bulan memuaskan sangat mensejahterakan. Selain itu nilai kapitalnya jauh di atas lahan kosong semulanya.

Konkretnya, punya lahan kosong terlantar luas 100 hektar tiada hasil apapun juga bahkan jadi beban perawatan dan pajak. Harga indeks lazim Rp 50 juta/hektar. Joint invest dengan pengembang kebun inovatif sawit atau buah tropis. Sepakat dinotariskan semua didanai investor. Setelah buah investor 60 hektar dan pemilik lahan 40 hektar.

Hasilnya, bisa maju bersama dan sejahtera bersama. Win – win solution. Dulu non produktif. Sekarang tiap bulan dapat laba bersih hampir Rp 200 juta. Pola ini sangat menyejukkan bagi masyarakat asli, meminimalkan rasio gini kesenjangan sosial ekonomi di masa depan. Saling menjaga dan harmonis tiada kecemburuan sosial.

2). Nggaduh Sapi.

Karena harga pokok produksi (HPP) ternak sapi hampir nol. Polanya harus cipta kondisi pakannya bermutu dan murah konsisten berlimpah. Pakannya limbah pabrik sawit bungkil, solid sawit dan rumput inovatif yang dibudidayakan di samping kandang. Tanpa ongkos kirim mahal. Itu semua harus sebanding dengan pendapatan jual feses urine sapi.

Artinya neraca harian, cashflow antara biaya membiayai sapi hidup tiap hari. Harus sama dengan pendapatan dari feses dan urine sapi setelah direkayasa dengan kekayaan intelektual membiakkan biang mikroba yang strainnya sangat bermanfaat untuk divisi usaha perkebunan yang terintegrasi. Tiap hari harus remis.

Sedangkan penambahan populasi pedet anak sapi yang breeding dan penambahan bobot per hari yang fattening. Itu semua dianggap bonus. Hasil jerih payah plus. Lalu menerima jika ada mitra yang titip sapi (nggaduh). Win – win solution. Pemilik modal dibuat seaman dan senyaman mungkin nol resiko, karena asuransi all risk.

Konkretnya, pemilik modal hanya punya dana segar deposito Rp 100 juta. Karena dirasa kurang banyak lalu pinjam bank KUR bank 500 juta bunga hanya maksimal 6% setara Rp 30 juta/tahun. Total nitip sapi Rp 600 juta. Selama setahun produktif Rp 600 juta x 15% laba jadinya sekitar Rp 90 jutaan. Lumayan dapat laba bersih Rp 90 juta – Rp 30 juta (bank) = Rp 60 juta/tahun. Win – win solution.

Salam Bersinergi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *