Belenggu diri sendiri, pada hakikatnya perasaan yang ada di dalam diri sendiri karena dirinya juga. Mengikat hingga tidak bisa berbuat apa – apa, termasuk agar tiada langkah awal mengawali usaha. Belenggu diri harus dilepas agar bernyali mengawali.
Banyak sekali di tengah masyarakat, orang yang menyembunyikan isi hatinya. Dengan berjalannya waktu akan terlihat juga isi hati yang aslinya. Entah dengan tutur kata, maupun tindakannya, tanpa disadari ternyata telah mewakili isi hatinya.
Misal saja kepada seseorang apa pun yang dilakukan seolah hanya benar adanya. Begitu juga ada yang sebaliknya. Bersifat subjektif. Bahkan tak jarang hingga tumbuh rasa iri dengki atau sebaliknya bagai tai kucing pun terasa coklat.
Hingga jadi belenggu diri. Bukan lagi menjabarkan suara hati nurani. Belenggu diri biasa menghinggapi pada siapa saja, ketakutan berlebihan justru terhadap dirinya sendiri. Biasanya menyalahkan keadaan, orang lain dan diri sendiri.
Seseorang mau jadi pengusaha. Tapi habis waktu hanya untuk menghakimi pihak lain. Bukan untuk mengawali. Misal, menuduh suksesnya orang lain karena modal banyak. Tanpa sadar bahwa orang lain awalnya juga modal sedikit. Seolah jika dimodali, pasti sukses.
Contoh konkret beberapa belenggu diri, jadi sebab tidak tumbuh nyali lalu jadi sebab tidak mengawali langkah ;
1. Merasa tidak punya ilmu atau sarjana tertentu, ” beralasan ” tidak tahu cara mengawali usaha. Tapi banyak pengusaha sukses tanpa kaitan dengan sarjananya. Bahkan tidak lulus perguruan tinggi. Karyawannya ribuan orang menyerap pengangguran, membayar pajak untuk APBN ratusan miliar/tahun.
2. Merasa bukan darah pengusaha dan tidak punya modal. Jadi ” alasan ” tidak mengawali usaha. Tapi bercita – cita jadi pengusaha. Faktanya banyak pengusaha sukses dari titik nol. Bahkan data hasil kajian 100 orang konglomerat terkaya di Indonesia 87% dari susah modal kecil.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630