Entah ajaran agama yang mana kok ada pajak pungutan ekspor CPO atau DMO, DPO dan Flush Out hingga Rp 10.500/kg CPO sudah setara 175% dari omsetnya petani yang menanam hanya Rp 6.000/kg CPO (Rp 1.200/kg TBS). Atau Rp 800/kg TBS di kebun. (Pungutan Rp 10.500 : omset petani Rp 6.000) x 100% = 175%.
Atau memang karena ilmu saya hal bernegara masih dangkal sekali, sehingga tidak masuk akal saya. Nasib petani sawit saat ini menyedihkan sekali. Mereka pejuang keluarga, investor massal dan pejuang bangsa agar pendapatan per kapita maupun APBN bisa tinggi dari pajaknya.
Saat ini harga CPO Internasional US $ 1.450/ton.
Kalau mau ekspor kena beban ;
1. Bea keluar/pajak ekspor US $ 288/ton.
2. Pungutan ekspor BPDPKS US $ 200/ton.
3. Flush Out US $ 200/ton.
Total US $ 688/ton.
Ongkir kontrak kapal ekspor US $ 150.
Total US $ 838/ton setara x Rp 15.000 = Rp 12.570.000/ton CPO.
Wajar saja karena beban pajak pungutan besar sekali 175% dari hak petani, kalau CPO tender di pelabuhan hanya laku Rp 6,6 juta/ton CPO atau jika di PKS setara Rp 6 juta/ton CPO atau jika rendemen 20% maka setara Rp 1,2 juta/ton TBS atau Rp 1.200/kg TBS di PKS.
Sehingga harga TBS petani di kebun hanya Rp 800/kg. Padahal indeks biaya produksi (HPP) Rp 1.800/kg atau Rp 1,8 juta/ton TBS. Petani bukan remis. RUGI !
Agar tiada dosa berkelanjutan ke petani massal terancam bangkrut saran solusinya ;
1. Relaksasi cabut semua beban DMO, DPO, FO dan BK agar CPO 6,3 juta ton saat parkir terkuras ekspor jadi devisa Rp 200 an triliun.
2. Berdayakan CPO 6,3 juta ton jadi B40 mumpung murah agar tiada subsidi ke B40 saat BBM mahal seperti saat ini. Dana BPDPKS tidak boros bisa buat riset lagi lebih banyak.
3. Dampaknya tangki CPO kosong, PKS buka menampung TBS petani. Yang sudah banyak busuk di pohon. Seolah petani mendustakan kemurahan Nya. Padahal murni karena kebijakan pemerintah. Bukan musibah alam atau harga global.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
Dewan Pakar Sawit
HP 081586580630