Tanggal 17 Mei 2022, saya ikut Aksi Kemanusiaan, Demo ke Kantor Kemenko Perekonomian dan Istana Negara. Dalam bendera Apkasindo (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia). Diterima dengan sangat baik bahkan oleh Bapak Moeldoko diajak diskusi di ruang rapat kabinet jaman Pak Harto.
Dasar ikut demo, emak – emak tersiksanya demi migor padahal penjual gorengan, jika itu orang tuaku. Saat ekspor CPO ditutup, petani kecil buah sawitnya busuk di pohon karena tidak laku, terbayang orang tuaku yang transmigrasi dan sudah SHM disengketakan oleh Kementerian Kehutanan (KLHK).
Sisi lain, petani sawit di Thailand dan Malaysia harganya Rp 5.600/kg TBS. Andaikan 2 ha saja pendapatannya 2 ha x 2 ton/bulan x Rp 5.600/kg = Rp 23 juta/bulan. Satu konsep dengan Vietnam, pajak ekspor diminimalkan. Tapi pajak impor dimaksimalkan. Agar bisa kompetitif di domestik dan pasar global.
Sisi lain lagi, 4 orang sahabat konglomerat. Humanis. Empiris, operasi gratis bibir sumbing dan katarak ratusan orang tahun 2005 dapat dukungan saat saya masih punya RS Satya Insani di Riau. Ada lagi menampung semua anak terlantar lahir sebelum nikah. Lain lagi hibah beasiswa puluhan miliar/tahun nya. Demi kemanusiaan dan bangsa.
Tapi terbayang juga, ada belasan konglomerat pemilik sawit luasnya di atas 150.000 ha. Justru berkantor pusat di Singapura. Praktis terjadi kapital terbang laba hasil bumi kita puluhan triliun/bulannya. Andaikan hanya 150.000 ha laba bersih Rp 450 miliar/bulan nya. ” Sambil duduk manis berpangku tangan siul – siul “.
Tambah geli saat ingat, anak muda berpendidikan tinggi dari kampus hebat. Bahasanya bagai berbisa ajakan memusuhi sesama anak bangsa. Yang memusuhi seolah dirinya paling suci, baik dan benar. Penikmat bansos. Lebih lucu lagi migor curah harga murah dikemas ulang lalu dilabeli nama parpol dan nama komunitas tertentu dijual mahal saat migor langka.
Teringat juga, nasehat Ayah sekian tahun silam. Saat mau ekspansi terus, ujarnya andaikan pulau Kalimantan sudah kamu miliki pun. Kamu masih akan berambisi membeli pulau Sulawesi dan Sumatera. Urip iku migunani/hidup itu bermanfaat bagi orang lain. Pastikan agar anak – anakmu tiada satupun punya karakter berharap dapat warisan harta berlebihan banyaknya.
Sungguh ironis jika petani sawit Indonesia pendapatnya pada luasan sama sangat jauh di bawah petani sawit Malaysia dan Thailand sebagai sesama penghasil sawit. Juga sangat ironis jika migor di negeri pemilik sawit terluas di dunia 16,38 juta ha sampai langka dan mahal bagi kaum yang nasibnya kurang beruntung daya belinya. Semua tergantung kebijakan makro dan leadership saja.
Kebutuhan migor curah Rp 14.000/liter hanya 194.000 liter/bulan atau 2 juta ton/tahun, ujar Bp Presiden Jokowi. Padahal sawit PTPN (BUMN) 643.500 ha bisa menghasilkan CPO 3,6 juta ton atau 4 miliar liter migor/tahun. Asal dikelola dengan benar saja. Krisis sawit migor. Menyadarkan kita pentingnya sawit dan belajar malu ke negara sesama penghasil sawit dan dunia jika kita tidak mampu mengelolanya.
Salam 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630