Sat. Apr 19th, 2025

Wayan Supadno

Hari ini adalah Hari Tahun Baru Saka 1947, hari pertama dalam tahun ini. Seusai tutup tahun semalam dalam titik kulminasi menyepikan diri saat momentum Hari Suci Nyepi, bagi umat Hindu.

Titik kulminasi artinya titik puncak untuk tutup Tahun Saka. Selama 24 jam totalitas dalam penyucian diri. Mawas diri. Tahu diri. Agar diri ini lebih bermakna lagi di tahun ini, karena bisa menempatkan diri.

Tidak menyalakan api emosi dan ambisi. Tidak pergi kemana – mana, hatinya. Berhenti tanpa karya duniawi. Juga tanpa menikmati hiburan. Madep, mantep, manter kepada Sang Hyang Maha Suci.

Semalam selama 24 jam. Diskusi dengan Hati Nurani sendiri. Di antaranya ;

1). Tat Twam Asi.

Sudahkah selama ini, utamanya selama setahun ini, bisakah menjaga interaksi harmonis dengan orang lain. Engkau adalah aku. Jangan menyakiti jika tidak mau disakiti, kembalikan ke diri sendiri. Menjabarkan “Tat Twam Asi “.

2). Tri Kaya Parisudha.

Sudahkah bisa selaras konsisten antara pikiran (manacika), ucapan tutur kata (wacika) dan praktik perbuatan (kayika). Atau justru masih munafik mengemas diri, misalnya. Bahkan masih bagai Serigala berbulu Domba.

3). Tri Hita Karana.

Sudahkah Taqwa kepada Tuhan YME, Maha Suci adanya. Dengan sesama bisa harmonis sayang menyayangi tanpa kecuali. Dengan alam semesta penuh cinta, agar Sang Pencipta alam ini sayang ke kita.

4). Catur Purusa Artha.

Sudahkah apa yang dicari selama ini dengan cara Dharma/benar/halal/terhormat. Artha, dipakai untuk kebajikan bersifat humanis. Kama, disyukuri tidak cukup dituturkatakan. Moksa, tempat indah abadi janji Tuhan.

Minimal dalam proses penyepian diri untuk kontrol diri, mawas diri, evaluasi diri dan tahu diri. Saat dalam keheningan, diskusi dengan Hati Nurani yang tidak bisa dikibuli. Dengan Hati Nurani, tiada bisa ingkar lagi.

Hendaknya saat Hari Suci Nyepi, menyepikan diri semalam selama 24 jam. Hendaknya juga ada proses membuat perencanaan yang lebih dewasa lagi setahun mendatang, karena tambah usia, masuk tahun Saka berikutnya.

Contoh konkretnya ;

1). Menggembalakan badan sendiri agar berusaha tidak menyakiti sesama manusia, sebelum melakukan, dikembalikan ke diri sendiri terlebih dulu, mau atau tidak. (Tat Twam Asi/Engkau adalah aku).

2). Mengendalikan diri sendiri, sebelum mengendalikan orang lain. Mengajak orang lain, bukan hanya dengan ucapan (wacika) saja. Tapi juga dengan pikiran (manacika) dan tindakan (kayika) nyata. Bukan mengemas diri. Tapi lahir batin.

Kesimpulan, ilmu hikmahnya. Jika hanya beberapa saja, dari ajaran kebajikan Agama Hindu di atas dilakoni, maka segenap isinya bumi ini akan damai penuh kasih sayang dan bahagia, adanya. Moksartam Yaca Ichi Dharma.

Teramat indah dipandang, teramat nikmat juga disandang dalam rasa. Sayangi yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan ganti menyayangi juga. Hanya Tuhan YME, yang berhak menentukan di hari esok kita.

Manusia tidak boleh mendahului kehendak Nya. Wis diujo ora rumongso, sejatine yen ketrimo wis kamulyo (Sudah dilebihkan tidak merasa, sesungguhnya jika disyukuri sudah dimuliakan Nya), betapa nikmatnya hidup di Indonesia ini penuh damai.

Kita syukuri jadi pemilik negeri ini. Dari pada negara lain, memprihatinkan. Menjaga negara bagian dari iman.

” Selamat Hari Suci Nyepi, Tahun Baru Saka 1947, semoga kita tanpa kecuali selalu dalam lindungan Tuhan YME, Maha Suci adanya “

Rahayu 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *