Sat. Dec 21st, 2024

Kisah orang lain jika dikompilasi maka sesungguhnya sumber pembelajaran. Baik kisah sukses maupun gagal. Semua meninggalkan ilmu hikmahnya. Hasil kajian pembelajaran saya pada pra investasi ternak sapi. Banyaknya peternak gagal, bukan karena tidak punya pasar atau salah agroklimat. Tapi gagal cashflow nya, merugi keuangannya.

Itu terjadi karena tingginya harga pokok produksi (HPP) lalu kalah bersaing dengan impor. Sebab utamanya pakan mahal dan banyak limbah tidak jadi komoditas sumber pendapatan rutin. Pakan mahal karena tidak didesain agar ada sumber pakan bermutu konsisten berlimpah. Limbah feses urine belum dijadikan sumber menyehatkan arus kas keuangan.

Karena tahu sumber masalah peternak rakyat gagal itulah. Kerap kali saya bersama anak istri sekaligus proses motivasi dan edukasi ke anak – anak, mengunjungi peternakan modern walaupun kesemuanya hanya sebatas jadi importir. Bukan pelaku breeding pembiakkan pembibitan sapi. Hanya dagang sapinya peternak Australia, digemukkan beberapa bulan lalu dipotong.

Kata anak – anakku, kalau cuma impor sapi lalu dipotong setelah 3 bulan digemukkan itu belum hebat. Banyak yang bisa. Tapi kalau sudah bisa breeding membiakkan sendiri lalu digemukkan dan dipasarkan, itulah baru peternak sejati. Tanpa membiakkan, tanpa memimpin masa depan, breeding is leading. Breeding itulah sesungguhnya satu – satunya jalan menuju Indonesia swasembada sapi.

Sejak 7 tahun silam, tepatnya awal tahun 2018. Saya mulai ternak sapi dengan 3 ekor, lalu 6 bulan berikutnya saya tambahi 70 ekor sapi. Maksud tujuannya untuk obyek riset saya selama 6 bulan, meneliti ketepatan potensi feses dan urine yang dihasilkan per ekor per hari atau per tahunnya, kata orang itu limbah sumber biaya rutin dan melelahkan berkepanjangan.

Karena saya suka pertanian ramah lingkungan, berkelanjutan dan makin menyehatkan. Kebutuhan terasa banyak dari tahun ke tahun terhadap pupuk organik yang diperkaya biang mikroba (BioExtrim) dan hormonal (Hormax) formula saya sendiri. Karena terus ekspansi pada buah naga, jeruk, durian dan sawit. Utamanya di lahan tandus terlantar, saya produktifkan.

Artinya lahan – lahan terlantar gundul karena pembalakan dan tambang pasir ilegal. Yang dulunya non produktif. Sekarang skala ratusan hektar telah kembali hijau asri lestari dengan serapan karbon minimal 64 kg/hektar/tahun. Juga telah memberdayakan masyarakat jadi produktif hampir 200 keluarga. Sekaligus cetak pajak dan devisa untuk negara. Semua berkat integrasi kebun dan ternak sapi ratusan ekor.

Berikut resume hasil penelitian saya selama 6 bukan dengan obyek 70 ekor sapi, bahwa :

1). Sapi indukan jika diberi pakan 100% rumput hasil inovasi misal Gama Umami dari UGM Yogyakarta. Butuh 10% dari bobotnya. Jika 400 kg maka butuh Gama Umami 40 kg kering angin/ekor 400 kg/harinya. Tanpa perlu konsentrat pabrikan yang mahal sudah mumpuni karena kadar proksimatnya cukup. Misal protein kasar 16%, lemak kasar 7%, abu sumber mineral dan karbohidratnya.

Artinya jika rumput inovasi Gama Umami ditanam di samping kandang hanya luas 1 hektar saja, akan mampu menghidupi sapi indukan 100 ekor dengan biaya sangat murah. Karena hanya butuh investasi Rp 35 juta/hektar bisa menghidupi sapi 100 ekor, pupuknya cukup feses urine yang disemprot Bio Extrim dan Hormax 10 liter/ton feses urine. Jika di samping kandang otomatis murah ongkos kirimnya dan cepat.

2). Bahwa sapi yang memakan rumput kering angin 40 kg/ekor/hari. Ternyata setelah diproses di usus sapi yang banyak mikroba tersebut jadi daging, feses kering angin hanya 3,5% dari bobotnya atau sekitar 14 kg dan urine hanya 2,5% dari bobot setara 10 liter/ekor/harinya. Jika feses dan urine dijual pasca pembiakkan mikroba bisa jadi omzet Rp 15.000 sd Rp 30.000/ekor/hari. Petani pembeli sudah untung banyak.

Artinya bahwa sapi adalah pabrik pupuk hayati super duper bahan bakunya rumput inovasi. Dari data ini menyimpulkan sebuah arus kas keuangan ada pengeluaran untuk biaya produksi sapi harian dan ada pula pendapatan rutin dari feses urine minimum yang setara dari pengeluaran hariannya untuk pakan dan lainnya. Harga pokok produksi (HPP) Nol. Penambahan berat badan sapi daging (ADG) dan pedet anak sapi adalah bonusnya sebagai peternak humanis.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Praktisi Agroinovatif Ekonomi Sirkular
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *