Fri. Sep 20th, 2024

Percepatan majunya sebuah bangsa, linier dengan semakin banyaknya industri hilir inovatif. Data Bank Dunia melaporkan bahwa negara – negara maju bukan terletak pada sepanjang kawasan tropis yang kaya bahan baku industri.

Tapi justru negara maju, hampir selalu pada kawasan garis sub tropis yang miskin bahan baku. Itu terjadi akibat proses hilirisasi industri inovatif yang dikumpulkan dari berbagai belahan dunia, utamanya dari kawasan tropis.

Begitu juga daerah di Indonesia, bisa ditandai hampir kawasan perkebunan, kehutanan dan pertanian. Kalah maju dibandingkan daerah yang punya kawasan ekonomi khusus (KEK). Daya serap pengangguran agar kerja, jumlahnya sangat besar.

Daerah yang ada KEK nya, hingga mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain. Pada akhirnya pendapatan per kapita dan pendapatan asli daerah (PAD) juga jauh beda. Karena pendapatan tinggi, lalu sejahtera dan tiada pengangguran dan kemiskinan, apalagi stunting.

Di Indonesia kaya bahan baku, sekaligus banyak pengangguran dan teramat besar pasarnya. Berikut ini peluang bisnis industri hilir inovasi yang sangat feasible, besar daya serap tenaga kerja dan mampu menyerap hasil riset (invensi) jadi inovasi membumi.

1. Wood Pellet.

Energi hijau baru terbaharukan makin jadi kewajiban bagi penghuni bumi. Banyak bahan baku pengganti batu bara untuk PLN/PLTU. Hingga pemerintah Indonesia tahun 2024 harus menyerap 25 juta ton wood pellet/biomassa. Ini peluang emas.

Salah satunya tankos (tandan/janjangan kosong sawit). Potensinya, rendemen 23% dari TBS 260 juta ton/tahun setara 60 juta ton/tahun. Jika hanya 20 juta ton/tahun jadi wood pellet, Rp 2.000/kg. Setara Rp 40 triliun/tahun. Harga PLN dan Ekspor.

Kalkulasi logisnya, harga pokok produksi (HPP) maksimal Rp 1.000/kg, profit margin 100%. Bisa menyerap pengangguran minimal 800.000 tenaga kerja, jika UMR Rp 50 juta/tahun. Rp 40 triliun : Rp 50 juta = 800.000 karyawan.

2. Pellet Pakan Ternak.

Banyak bahan baku pakan ternak tapi hanya kita ekspor memperkaya industri milik negara lain di Selandia Baru, Australia dan lainnya. Setelah bernilai ekonomi tinggi jadi susu dan daging baru kita impor lagi. Yaitu bungkil sawit/limbah pabrik sawit.

Bungkil sawit potensinya 8 juta ton/tahun atau 3% rendemen dari 260 juta ton TBS/tahun. HPP maksimal Rp 2.000/kg, nilai jual pakan jadi Rp 3.500/kg. Padahal belum jadi susu atau daging sapi. Baru jadi pellet pakan ternak saja setara Rp 28 triliun/tahun. Setara UMR 600.000 karyawan.

Tentu masih sangat banyak yang bisa jadi bahan baku industri hilir inovasi. Misal sagu sumber karbohidrat bisa buat makan 4 miliar penduduk. Ikan tawar budi daya, bisa jadi fillet juga sangat murah bisa meniadakan pengangguran dan stunting. Ini sangat penting.

Kata kunci ;

1. Bangunlah SDM entrepreneur inovatif, bermental punya nyali adaptif inovasi. Punya peduli tinggi terhadap banyaknya pengangguran pertanda kurangnya jumlah insan pencipta lapangan kerja. Agar produktif lalu sejahtera. Bukan mental penghafal teori saja.

2. Bangunlah iklim usaha yang menyenangkan bagi para investor agar mau investasi produktif jangka panjang tumbuh bersama masyarakatnya. Bukan iklim usaha yang menjengkelkan karena pungli dan lainnya. Akhirnya malas investasi dan ekspansi.

3. Bangunlah iklim riset dan hilirisasi inovasi agar pajak rakyat jadi APBN lalu mendanai penelitian. Dari invensi jadi inovasi, yang bermanfaat nyata bagi masyarakat luas, pembayar pajak jadi APBN tersebut. Bukan asal meneliti yang hanya berujung di journal ilmiah dan lemari saja.

Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *