Banyak cara kreatif inovatif untuk penetrasi pasar. Jika tanpa mental ulet dan kesungguhan bisanya hanya menyerah sambil menyalahkan keadaan. Umumnya belajar dari sebuah kisah lalu diambil ilmu hikmahnya, barulah tahu cara mengatasi. Sulit, pertanda butuh penelitian untuk inovasi solusi. Inilah bukti sangat pentingnya peran riset dan pengembangan.
1. Biodiesel Sawit.
Sebelum tahun 2015, harga sawit sangat rendah karena antara permintaan dan pasokan tidak imbang, pasokan berlebih. Kesulitan memasarkan. Saling menyalahkan. Untungnya Indonesia punya Putra Bangsa terbaik dari ITB, Prof. Subagjo inovator legendaris dunia, dengan ” Katalis Merah Putih ” CPO jadi Biodiesel.
Awalnya B15, saat ini sudah B35, dampaknya ada pasar baru CPO saat ini saja 13,2 juta ton/tahun terserap jadi energi. Padahal sebelumnya tiada pasar di energi. Sehingga harga CPO stabil, harga B35 terkendali karena dapat subsidi dari sawit lewat BPDPKS, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Karena BPDPKS melakukan pungutan ekspor dapat puluhan triliun per tahun.
Ilmu hikmahnya, pasar CPO saat itu jenuh karena berlebih, lalu harga murah. Ada kesulitan, melakukan penelitian oleh Inovator, CPO jadi biodiesel sawit untuk penetrasi pasar. Efek dominonya harga CPO stabil masyarakat sawit merasakan manfaatnya luar biasa besarnya. Bahkan konsumen B35 dapat bantuan subsidi oleh masyarakat sawit puluhan triliun per tahun.
2. Buah Tropis.
Sering kali dulu kita melihat ada buah di Indonesia harganya sangat murah. Bahkan buah naga pernah tidak laku hingga di Banyuwangi ada video viral buah naga dibuang ke sungai oleh petani dan banyak kebun buah naga dicabuti. Dilakukan penelitian kadar airnya dikurangi, termasuk ada jadi powder. Sejak itu bisa penetrasi pasar ke Amerika Serikat.
Kadar airnya ditiadakan seperti kurma agar awet dan ongkos kirim murah lalu kompetitif. Bahkan nangka muda dijadikan abon dikemas pada kedap udara pasarnya banyak sekali, lalu harga membaik. Seperti Bu Elizabet asli Surabaya tinggal di Los Angeles Amerika Serikat. Semalam telepon saya minta dukungan sukun, belimbing wuluh, buah naga dan banyak lagi.
Ilmu hikmahnya, betapa sangat pentingnya punya mental inovatif dan berjiwa entrepreneur agar mudah melakukan penetrasi pasar. Jika pemasaran ada kepastian harga wajar, maka petani pun semangat bertani. Begitu juga pembeli di banyak negara, jika ada kepastian kualitas kuantitas, kontinuitas dan harga kompetitif, maka semangat menyerap produk kita.
3. Ikan Kaleng.
Sewaktu saya masih kecil di Banyuwangi. Ingat persis ikan lemuru dari Muncar, dibuang – buang jumlah sangat banyak, karena tidak laku. Dipasarkan ke pedesaan tempat kelahiran saya harga sangat murah meriah. Lalu ada inovasi dikalengkan agar awet, pabrik pengalengan ikan di Muncar bagai jamur di musim hujan. Hingga ekspor ke banyak negara.
Implikasinya harga ikan naik wajar, nelayan semangat. Pabrik ikan makin banyak, saat ini hingga banyak yang tutup karena kekurangan bahan baku. Karena ikan budi daya kurang dimassalkan. Hingga impor ikan bahan baku pabrik pengalengan ikan tersebut. Menandakan permintaan dunia terhadap ikan dikemas dengan inovatif banyak permintaannya.
Ilmu hikmahnya, karena kreatif inovatif. Ikan yang dulunya tidak laku, jadi laku keras karena inovasi pengalengan kedap udara. Karena lomba melakukan penetrasi pasar ke seluruh dunia, jadilah kekurangan bahan baku. Sayangnya tanpa paralel pengembangan pola budi daya, nuansa inovatif agar tetap bisa memenuhi pasar global. Pertanda pula bahwa potensi pasar ikan sumber protein hewani makin besar.
Salam Inovatif 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630