Kemenkeu RI melaporkan bahwa pendapatan negara APBN dari pajak tahun ini hingga Oktober 2023 sebanyak Rp 2.400 an triliun. Artinya sangat mendominasi. Tentu makin banyak orang pembayar pajak maka APBN makin besar, artinya juga jika makin banyak pajak yang dibayarkan maka APBN juga makin besar.
Dilaporkan juga bahwa pembayar pajak terbesar dari PKP (Pengusaha Kena Pajak). Karena usahanya, lalu banyak pajak penyertanya. Diantaranya PPh, PPN, BPKB, PBB, pajak impor, pajak ekspor dan pajak lainnya. Itulah sebab semua negara berlomba memperbanyak PKP agar APBN nya besar.
Implikasinya jika populasi persentase pembayar pajak PKP makin banyak maka APBN makin besar. Otomatis bekal belanja membangun bangsa Indonesia makin besar lalu cepat maju, adil dan makmur sejahtera. Walaupun teramat sulit mereplikasi jumlah pebisnis/pengusaha, tetap harus dilakukan. Apapun caranya.
Yang lazim dilakukan oleh banyak negara guna memperbanyak jumlah PKP (Pengusaha Kena Pajak), diantaranya ;
- Membangun manusianya dengan meniadakan stunting kerdil retardasi kecerdasan karena malnutrisi dan pola didik yang menggiring anak muda agar berjiwa mandiri, entrepreneurship.
- Iklim usaha yang merangsang agar makin banyak masyarakat yang berani jadi pebisnis, lalu investasi produktif. Misal dengan kemudahan perijinan, infrastruktur, bunga bank rendah dan lainnya.
- Membangun iklim riset dan hilirisasi invensi hasil riset tersebut agar inovasi membumi lalu kompetitif, meminimalkan yang tersimpan di lemari. Agar riset dan inovasi bermanfaat nyata.
Contoh implikasi dari replikasi pebisnis ;
Jika Indonesia ada proses replikasi penambahan jumlah pebisnis hanya 0,3% saja dari penduduk Indonesia 273,8 juta jiwa. Setara 1 juta orang lagi saja. Tidak usah muluk -muluk hingga 8 juta orang lagi seperti negara maju minimal agar rasio jumlah pengusaha 8% dari penduduknya.
Pajak.
Jika tiap PKP membayar pajak lazimnya Rp 3 miliar/tahun. Maka APBN kita akan tambah besar lagi 1 juta PKP x Rp 3 miliar = Rp 3.000 triliun/tahun. Dengan begitu pemerintah punya bekal membangun Indonesia lebih leluasa lagi mengelola APBN nya.
Pengangguran.
Jika ada replikasi pebisnis 1 juta lagi. Maka implikasi penyerapan tenaga kerja dari pengangguran jadi produktif 1 juta pebisnis x 30 karyawan/pengusaha = 30 juta pengangguran berubah jadi sejahtera. Dengan begitu pendapatan per kapita Indonesia naik tajam.
Efek domino.
Gajian dari 1 juta pengusaha ke 30 juta karyawan. Jika indeks Rp 6 juta/karyawan/bulan. Maka 30 juta x Rp 6 juta = Rp 180 triliun/bulan. Dengan begitu warung atau toko penjual pangan dan petani produsen pangan dapat omzet untuk produksi lagi.
Implikasi ekonomi riil, dana di bank produktif digerakkan oleh 1 juta pengusaha baru. Jika masing – masing Rp 10 miliar setara Rp 10.000 triliun/tahun dana deposito milik masyarakat jadi produktif tinggi. Proses lokomotif ekonomi riil terjadi bergerak semua. Seperti di negara – negara maju.
Implikasi domino lainnya, gaji Rp 180 triliun tersebar ke 50 juta karyawan. Jadi angsuran rumah dan mobil. Negara dapat pajak transaksi dan PBB lagi. APBN makin meroket lagi. Pebisnis properti dan industri kendaraan juga dapat omzet maupun laba jadi modal kerja lagi plus gajian lagi.
Masih sangat banyak kompleksitas ekonominya dari hadirnya 1 juta pengusaha baru. Barang yang biasanya impor jadi dibendung. Barang biasanya tidak laku jadi laku keras harga mahal karena diekspor di pasar global. Kekayaan alam berlimpah dinikmati oleh putra bangsa, bukan oleh pengusaha impor (PMA). Negara makin mandiri.
Mari kita replikasikan pebisnis baru secepatnya dan sebanyak mungkin pada kesempatan pertama. Agar PKP (Pengusaha Kena Pajak) makin banyak, APBN makin besar dan negara kita makin pesat majunya. Pengangguran tidak lagi numpang biaya hidup kepada orang lain.
Jika rakyat sejahtera karena produktif maka stunting juga bisa nol. Indonesia kompetitif di masa depan.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630