Empiris.
Kawula muda yang hendak mengembangkan dunia agrobisnis. Sebaiknya pada pra investasi ada kajian. Yang dimaksud tujuannya untuk filter kontrol agar sesuai harapan dan memacu percepatan tumbuh kembangnya usaha ;
1. Marketable, mudah dipasarkan dengan harga wajar di atas harga pokok produksi (HPP), syukur jika ada kepastian pasar kontrak sebelumnya.
2. Feasible, layak didanai karena jelas jumlah investasi, harga pokok produksi, laba, omzet dan kapan kembali modalnya.
3. Agroclimate, kecocokan antara agroklimat dengan varietas dari komoditas tertentu, agar tidak menyulitkan lalu biayanya besar.
4. Low risk, resikonya bisa diminimalkan, baik hama penyakit, sosial dan bencana alam agar peluang keberhasilannya bisa dioptimalkan.
5. Bankable, pantas didanai perbankan atau lembaga keuangan lainnya atau investor mitra usaha karena bersinergis.
Khusus pada kajian agroklimat kaitan komoditas varietas. Ini sangat penting karena multi aspek sudut pandangnya. Biasanya yang mematangkan adalah perjalanan panjang, sering melakukan praktik lapangan dari ilmu pengetahuan teknologi yang dimilikinya.
Contoh ;
1. Perikanan sama air tawarnya, jika air tawar deras atau tenang, ini sama habitat ikan, tapi beda satu dengan lainnya. Kalaupun sama pada air tenang sedikit mengalir, ikan yang dibudidayakan hendaknya dipilih yang memenuhi skala prioritas yang paling marketable, feasible, low risk dan bankable.
Konkret kajiannya, jika Ikan Patin dengan lainnya harus dikaji. Tebarnya dengan kincir bisa 30 ekor/meter x SR (Survival Rate 85%) x 1 kg/ekor/tahun x harga lazim sekitar Rp 20.000/kg. Jika luas 1 hektar 10.000 meter saja nampak omzetnya 30 x 85% x Rp 20.000 x 10.000.
Dengan begitu, jika punya lahan masih sempit tapi di pangkal gunung, sangat besar potensinya untuk hidup makmur sejahtera karena punya kajian agroklimat dengan komoditas.
2. Hortikultura, kalaupun mau menanam jeruk. Adanya lahan pada dataran rendah dan panas. Pilihlah yang paling disukai pasar, minim resiko, cashflownya tinggi dan kalaupun didanai pihak lain saat ekspansi sangat logis labanya. Dengan filter ini maka pekerjaan makin mudah, omzet laba makin besar.
Konkretnya, jeruk Madu Chokun. Karena adaptif daerah panas dataran rendah, selama ini dominan impor pada jenis tersebut. Nampak jelas potensinya 35 ton/ha/tahun x Rp 15.000/kg, padahal HPP hanya Rp 1.500/kg.
Pada tahun ke 2 jika bibit remaja sudah bisa dipanen dan tahun ke 3 jika bibit kecil sudah bisa dipanen. Bahkan pada 3 tahun pertama bisa tumpang sari dengan cabe, bawang merah dan lainnya.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630