Tue. Feb 4th, 2025

Kawula muda yang punya target mau jadi entrepreneur (pengusaha) wajib memahami nilai tambah dari kompleksitas ekonomi. Baik itu nilai tambah moralitas kemanfaatannya, nilai tambah serapan atau adaptasi dengan hasil riset oleh para peneliti kita, agar jadi inovasi membumi bermanfaat nyata bagi solusi masalah di masyarakat dan nilai tambah laba untuk biaya operasional maupun pengembangan usaha lebih lanjut. Ini sangat penting.

Karena inilah pemacu kemajuan sebuah bangsa, biasa terekam dalam peringkat indeks inovasi global yang saat ini Indonesia baru peringkat ke 75, indeks kompleksitas ekonomi yang saat ini Indonesia baru peringkat ke 61 dari 132 negara yang disurvei dan pendapatan per kapita sebuah bangsa yang saat ini Indonesia baru peringkat ke 4 di Asean. Makin tinggi jumlah pengusaha yang menghilirisasikan inovasi, maka ” pasti ” makin tinggi pula peringkat ketiga indikator di atas.

Contoh ;

1. Kelapa sawit.

Kita tahu sawit kita terluas di dunia 16,8 juta hektar (Ditjenbun Kementan) dan produksi CPO minyak mentah sawit terbanyak di dunia saat ini 49 juta ton/tahun (GAPKI). Artinya berlimpah, hingga banyak negara impor dari Indonesia lalu oleh mereka diproses jadi produk turunan yang langka dan mahal, tapi pasar dunia sangat besar. Praktis mereka negara importir mendapat nilai tambah luar biasa besarnya, lalu pendapatan per kapita mereka tinggi.

Padahal laporan terakhir hasil riset dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Medan dan Lembaga Riset lainnya, telah ada 198 produk turunan dari kelapa sawit. Yang terhilirisasikan belum banyak. Ini peluang emas luar biasa bagi pemuda yang berjiwa entrepreneur. Mengubah CPO jadi beragam produk turunan mulai dari pangan, energi terbaharukan, kosmetik, farmasi dan lainnya.

Misal CPO, yang jumlahnya berlimpah 60% nya dijadikan minyak goreng premium lalu pada kemasannya ada merek dagang populer harga CPO Rp 11.000/kg, minyak goreng bisa dijual Rp 22.000/kg. Sisa bahan baku dari CPO masih 40%, masih bisa jadi margarin, sabun, pasta gigi dan lainnya. Pendek kata dari itu saja setara minimal harga beli CPO nya. Karena hebatnya inovasi membumi di industri dan pemasaran hebat, profit margin bisa ratusan persen.

Otomatis dalam waktu singkat perusahaan industri nuansa inovasi tersebut pesat meroket omzet dan labanya. Terakumulatif jadi modal ekspansi lagi seperti perusahaan di luar negeri. Karena nilai jual minyak goreng, margarin dan lainnya jauh di atas CPO bahan bakunya. Tentu kena pajak banyak sekali jadi APBN dan devisa juga besar. Implikasi lainnya, karena ada industri butuh gudang, mobilisasi dan lainnya. Akan menyerap pengangguran besar – besaran.

Multiplier effects lainnya masih sangat banyak. Di antaranya yang dulunya menganggur massal jadi produktif massal, gajian awal bulan para karyawan yang terlibat buat beli pangan ke toko atau warung sebelah rumah, buat mengangsur kendaraan yang memakai leasing lalu bank dapat berkahnya, begitu juga angsuran rumah yang KPR beli dari Developer juga dapat kecipratan rezeki karena entrepreneur mau hilirisasi CPO jadi ragam barang langka mahal.

2. Tebu.

Bagi entrepreneur, bukan pedagang. Tebu diubah dulu jadi alkohol, gula, penyedap masakan dari tetes tebu dan pakan sapi maupun pupuk organik hayati. Sehingga modal belanja tebu cukup dari jualan alkoholnya. Sehingga gula bisa jual murah 50% dari harga di Indonesia. Itu pun masih dapat bonus penyedap makanan, pupuk dan pakan ternak. Alhasil harga gula murah, bisa menguasai pasar di negara mana pun. Juga dihargai mahal, cepat meroket pendapatan per kapitanya. Karena minim pengangguran. Semua produktif.

3. Padi.

Sama juga, bagi entrepreneur yang suka bergaul dengan para peneliti. Punya prinsip bisa memberdayakan secara langsung maupun tidak langsung. Biaya beli gabah hanya dilunasi jualan minyak bekatul saja. Sekamnya diambil silikanya jadi pupuk mahal. Dedak sisa jadi pakan ternak, bahkan banyak yang mengolah jadi pangan manusia karena kaya nutrisi sangat berkhasiat. Otomatis berasnya bisa dijual murah, siap bersaing dengan negara produsen beras juga.

4. Singkong.

Tanpa mau menyia – nyiakan banyak pakar teknologi pangan. Oleh entrepreneur inovatif diajak joint sebagai tenaga ahlinya di industri yang fokus pada singkong. Jadilah keripik vakum beragam rasa yang sangat diminati pasar global. Biaya beli singkong hanya, setara dari penjualan limbahnya saja yang jadi gula fruktosa dan lainnya. Wajar sekejap aset bisnisnya melambung tinggi. Karyawannya ribuan orang, lalu buka cabang di beberapa tempat hanya 7 tahun lalu dimulai usaha ini.

Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *