Wujud daya saing bisa pada perorangan, keluarga, perusahaan dan negara. Ini sangat penting dikuasai oleh anak muda. Komponennya banyak, sehingga bisa terbentuk daya saing yang kuat. Tidak cukup paham dan hafal teorinya. Butuh dipraktikkan berulang kali sampai refleks lalu jadi skill.
- Perorangan.
Seseorang bagian dari kelompok kerja di sebuah perusahaan atau instansi. Setiap diskusi selalu aktif berkontribusi produktif, nampak dan dirasakan oleh sekitarnya. Beda jauh situasinya saat ada dia dibandingkan tanpa dia. Karena mutunya bagus. Lalu punya daya saing tinggi, terpilih jadi leader, saat aklamasi menentukan siapa jadi leader.
Masih sangat banyak orang tidak menyadari bahwa apapun produk perorangan. Baik pemikiran, tutur kata dan tindakan praktiknya. Atau karya kinerja, administrasi tulisan di ruangan atau implementasi di lapangan. Semua itu adalah produk dan merupakan ” representative ” mutu perorangan tersebut.
Contoh ;
Mr A punya nilai baik semua tercantum dalam raport. Tapi kalau saat diskusi tanpa kontribusi, malas implementasi pola pikirnya maka lainnya menganggap rendah daya saingnya. Saat ada tugas di ruangan maupun di lapangan, jika selalu gagal dan gagal maka ” tidak terpercaya “, tidak punya daya saing.
- Perusahaan.
Selalu punya daya saing. Produknya selalu jadi pemenang di pasar hingga jadi market leader. Karena bisa jual harga termurah dari lainnya berkat harga pokok produksi (HPP), biaya dibagi volume produksi terindeks jadi terendah. Karena tim pemikir perusahaan senantiasa improvisasi mencari solusi tekan HPP nya.
Begitu juga dalam kualitas produk selalu dengan sangat disiplin dijaga mutunya. Bahan baku, saat proses dan sebelum sampai ke pelanggan konsisten dikontrol mutunya. Kuantitasnya juga dijaga keseimbangan dengan pasarnya, manajemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) jadi sarana kendalinya.
Contoh.
Sadar betul bahwa pelanggan adalah sumber uang masuk jadi omzet yang di dalamnya ada laba. Sehingga ” sangat serius ” dalam mencari pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang ada dan tiada waktu tanpa mau adaptif terhadap ” maunya ” pelanggan. Dengan begitu usaha terus tumbuh berkembang, makin banyak menampung pengangguran jadi produktif dan sejahtera.
- Negara.
Daya saing suatu negara sangat dipengaruhi oleh ” mutu manusianya “. Mulai dari masih janin lalu proses tumbuh besar asupan nutrisi dan pendidikannya, hingga dewasa pasti diminimalkan resikonya dan dijaga mutunya agar ke depan punya daya saing. Jika kolektif jadi daya saing bangsa di antara banyak bangsa lainnya. Tanpa stunting, maka punya daya saing.
Komponen lainnya adalah iklim usaha dan iklim riset inovasinya. Iklim usaha, sehebat apapun mutu manusia yang berusaha jika urusan ijin usaha saja ribet ruwet maka lambat lain malas investasi apalagi ekspansi. Begitu juga, hal riset inovasi, sekalipun habis APBN triliunan/tahun buat riset buat apa kalau berujung hanya di journal ilmiah lalu disimpan di lemari.
Contoh.
Kenapa mengirim cocopeat dari Banyuwangi ke RRC jauh lebih murah dibandingkan dari Banyuwangi ke Pangkalan Bun Kalteng. Tentu produk akhir dari cocopeat juga akan kalah dengan RRC walaupun asalnya sama dari Banyuwangi Jatim. Kenapa juga hampir semua produk agro kita, kalah bersaing dengan Vietnam. Ini semua karena mutu SDM, iklim usaha dan iklim riset inovasi.
Ilustrasi, pasti menyenangkan. Jika selain tim punya karakter bagus punya etika semangat kontribusi terasa nyata kuatnya, juga punya ” daya serap cepat ” terhadap tugas. Mampu dijabarkan hingga sesuai harapan. Lalu setiap berurusan dengan birokrasi cepat tuntas oleh pemerintah, bahkan hambatan diatasi pada ” kesempatan pertama ” agar HPP rendah lalu daya saing di pasar ekspor selalu jadi pemenang. Pasti, makin banyak memberdayakan masyarakat sekitar agar sejahtera bersama.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630