Selama seminggu ini saya di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat Kalteng. Sungguh, kami sekeluarga bersyukur. Masyarakatnya ” welcome ” dengan siapa saja yang datang sepanjang motivasi membangun kebaikan.
Melayani tamu dari Kemenko Perekonomian, Kemenko PMK dan Bappenas. Koordinasi upaya membangun kemandirian ekonomi masyarakat. Parsial mau mereplikasi usaha saya yang integrasi kebun sawit, buah tropis, sapi, maggot BSF dan ikan patin . Nol limbah. Ekonomi sirkular biokonversi.
Pj Bupati Dr. Budi Santosa memaparkan bahwa angka stunting kerdil malnutrisi sudah turun drastis hanya 12%, padahal tingkat nasional masih 21,4% (BPS). Caranya Kades tidak boleh keluar kota jika masih ada stunting. Ini cara yang praktis membumi solutif konkret.
Plt. Sekda Bapak Dr. Juni Gultom, kenapa Kab. Kotawaringin Barat lebih luas dari Brunei dan sama di Kalimantannya, tapi pendapatan per kapita Brunei 5 kali lipatnya kita ? Kenapa juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) di daerah lain lebih 60% dari APBD, di kita belum ? Itu semua karena jumlah pengusaha kita kurang banyak sekali.
Karena saya dimintai pendapat, bahwa jika sebuah daerah mau sehat maju produktif maka bangunlah manusianya berjiwa sociopreneur inovatif dan iklim usahanya yang merangsang masyarakat agar gemar investasi produktif nuansa inovatif agar kompetitif di pasar.
Salah satu cara selain berkoperasi juga bisa bersinergi ” kolektif inti plasma “. Dengan konsep ini akan cipta kondisi maju bersama dalam kebersamaan rasio gini tertekan. Daya serap terhadap hasil riset invensi para peneliti akan terkomersialisasi jadi inovasi.
Contoh konkretnya ;
1. Pemda menyiapkan 200 KK masyarakat di sekitaran kebun dan pabrik kelapa sawit. Tiap KK 5.000 meter (0,5 ha) setara 100 hektar. Yang 4.000 meter/KK jadi beberapa kolam ikan patin dan 2.000 meter infrastrukturnya. Lazimnya kolam 4.000 meter x 30/meter x 1 kg/ekor/tahun x Rp 20.000/kg = Rp 2,4 miliar/tahun. Omzet per KK per tahun. Laba sekitar Rp 500 juta/KK/tahun.
Simulasinya, BUMDes supplier pakan ikan patin. Perusahaan – perusahaan sawit yang ada membuatkan kolamnya, sebagai CSR atau Plasma. Perusahaan saya (PT BJA) sebagai penjamin kepastian pasar (off taker). Perbankan bisa sebagai sumber pendanaan. Pemda penjamin iklim usaha.
Jika plasma 200 KK dengan lahan 100 hektar maka omzet lazim Rp 480 miliar/tahun. Masyarakat sejahtera bersama karena kebersamaan bersinergi dan berinovasi. BUMDes dan Perbankan tumbuh dinamis. Pendapatan per kapita naik tajam dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga.
Seiring dengan itu, pajak dan devisa tercipta. Otomatis daya beli naik stunting bisa ditekan lagi dan pembangunan manusia baik dari pangan bergizi dan studinya juga lancar. Bisnis ikutannya misal kredit KPR rumah dan leasing kendaraan juga naik merangsang developer dealer kendaraan juga semangat investasi.
2. Sapi, breeding juga sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat jadi plasma. Karena kebutuhan perusahaan saya PT Bina Jaya Abadi, butuh 5.000 ekor siap potong per tahunnya. Setara butuh indukan 15.000 ekor, agar anaknya 10.000 ekor jantan betina dan yang jantan saja siap potong 5.000 ekor/tahun.
Konsepnya sama persis dengan plasma ikan patin. Bahkan harga pokok produksi (HPP) bisa Nol. Jika pakannya bungkil, solid sawit dan rumput inovasi UGM Gama Umami. Lalu feses urine jadi pupuk pengganti parsial dari NPK kimia hingga minimal 50% dari lazimnya.
” Jika 2 komoditas sumber protein hewani sebab utama stunting, misal di atas sapi dan ikan patin banyak partisipan investor kolektifnya dari masyarakat, maka akan menekan jumlah impor sapi dan ikan selama ini yang makin besar saja. Dengan begitu, niscaya Indonesia Jaya Raya karena kemandirian masyarakatnya yang mau gotong royong. “
Ingat, kita jangan sampai berharap orang lain atau negara lain mengubah nasib bangsa kita, itu mustahil. Karena Tuhan sekalipun, tiada kan mengubah nasib suatu kaum (bangsa/seseorang/umat), jika yang bersangkutan tiada berusaha mengubah nasibnya sendiri.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630