Ada kalimat bijak yang sering saya kenang indah, di dinding ruang praktik dokter ahli bedah saraf di Makassar, tahun 1991 saat masih kerja di perusahaan farmasi (PMA/Inggris). Bunyinya ” Bersyukurlah kita masih banyak keterbatasan, pertanda agar tetap rendah hati dan mencari orang lain untuk bersinergi “.
Terlebih di dalam dunia bisnis, jika saya kaji ulang perjalanan panjang sejak mulai tahun 1995 hingga sekarang 2023 ini. Sesungguhnya ini semua berkat bersinergi dengan pihak lain, pihak yang punya kelebihan tapi itu kelemahan saya. Begitu juga sebaliknya, apa yang saya punya tidak dimilikinya. Lalu bersinergi membangun bisnis.
- Tahun 1995 sd 1998.
Pada 3 tahun pertama saya belum punya ilmu dan pengalaman bisnis. Belum punya dana modal usaha, karena keluarga sederhana hingga transmigrasi. Belum punya banyak waktu dan kesempatan karena dinas militer. Belum punya banyak karyawan karena belum pernah bisnis. Hanya punya niat dan kemauan keras saja serta mimpi jadi pengusaha. Hanya itu saja.
Tiada hari tanpa usaha membekali diri membaca buku beragam kisah orang lain, buku teori bisnis dan mencari tahu ilmu praktik bisnis kepada pebisnis lain yang sudah kenyang mengenyam asam garamnya kehidupan berbisnis. Dapat ilmu langsung dipraktikkan mencari ide – ide bisnis. Melahirkan intusi.
Diantaranya karung bekas, pinang, karung bekas, cangkang sawit, sekam padi, kayu teh pasca peremajaan, ikan mas, pinang, benih kacang – kacangan, batu kapur dan lainnya. Semua feasible. Semua menjanjikan. Semua ingin dan harus bisa dikerjakan. Harus dikerjakan agar dapat proses jatuh bangunnya, dapat ilmu hikmahnya. Jadi bekal melangkah lagi.
Solusinya bersinergi dengan orang lain. Memakai dana Primkopad Rp. 700.000 penggunaannya Rp. 400.000 buat beli vespa kuno, Rp. 200.000 buat amplop ucapan terima kasih ke dokter obgyn anak lahir. Rp 100.000 modal bisnis. Padahal itu hanya buat operasional 1 minggu, keliling mencari peluang bisnis, juga habis. Tapi dapat ilmu lapangan teramat mahal sekaligus peluang emasnya.
Semua peluang tersebut saya kerjakan. Memakai milik orang lain. Pemilik modal, pemilik barang dagangan. Atau pembelinya saya pakai dananya. Tahu diri pandai – pandai menempatkan diri. Termasuk bagi hasil dengan beberapa komandan saya. Intinya hanya modal dengkul saja. Tidak punya malu.
Endingnya, tahun keempat sudah memakai dana sendiri 100%. Tanpa memakai dana pihak lain, apalagi hutang. Nol hutang. Tahun 2.000 an bisa punya deposito Rp 6,7 miliar. Karena banyak komoditas usahanya, tidak punya waktu dan tenaga, sekaligus jadi perwira militer. Maka saya bentuk tim anak muda pengelola usaha. Saya leadershipnya saja.
- Tahun 2019 sd 2021.
Saat pandemi covid. Karena banyak bahan pokok pangan mahal dampak terlambat datang impornya. Ada sahabat importir gula. Butuh modal usaha untuk impor gula dan bawang putih demi harga gula dan bawang putih kembali terkendali. Pendek kata saya ikut mendanai, bagi hasil.
Sahabatku bisa dipercaya karakter dan kapasitasnya, karena memang itu kerjanya. Hanya butuh di – scale up – kapasitas produksinya. Agar bisa transaksi lebih besar lagi, sehingga omzet dan labanya juga ikutan makin besar lagi. Pendek kata, dari pada dana hanya saya depositokan mendingan dikaryakan jauh lebih produktif lagi dan bermanfaat bagi orang lain.
- Tahun 2021 sd sekarang.
Karena permintaan sapi begitu banyaknya di Kalimantan. Harga pokok produksi (HPP) saya sangat rendah mendekati Nol. Biaya produksi nilai kapitalnya, setara dengan nilai omzet penjualan pupuk kandang feses sapi. Pengganti pupuk NPK hingga 75% di kebun sawit, alpukat dan durian milik saya. Intinya 10% dari populasi 700 ekor boleh didanai (nggaduh) pihak lain
Lalu saya tawarkan ke beberapa sahabat yang sibuk tidak sempat jadi pebisnis karena jadi profesional di BUMN maupun di TNI. Tapi punya banyak deposito yang hanya dapat apresiasi 3%/tahun. Kami bagi hasil lagi. Kalau ini dikelola oleh Manajemen Perusahaan saya PT BJA. Agar aman, nyaman, tertib dan disiplin dalam data. Ini juga masih ada peluang bagi yang minat, cukup kordinasi dengan Reni HP 087781889797 staf saya.
Sekali lagi, kita punya keterbataaan sesungguhnya hanyalah daya rangsang agar kita saling bersinergi. Agar berjemaah, agar pahalanya berkali lipat. Tiada superman, adanya superteam. Negara maju dominan bukan negara tropika yang banyak kekayaan alamnya, tapi negara maju adanya di negara subtropis yang penuh keterbatasan dan kesulitan, itu ilmu hikmahnya.
Mari membangun negeri dengan kekuatan bersinergi dan berinovasi.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630